PRAYA – Sejak gempa bumi tahun 2018 sampai 2021 terdapat lima kepala keluarga (KK) di Desa Sintung, Kecamatan Pringgarata, Lombok Tengah masih tinggal di bawah tenda pengungsian. Warga belum berani tinggal di dalam rumah khawatir bangunan roboh.
“Masih ada lima KK itu tinggal sampai sekarang di bawah tenda. Ada di Dusun Pidande, Sintung Timur dan Dasan Telage,” ungkap Kades Sintung, Herman, Sabtu kemarin.
Herman menyebutkan, kurang lebih 800 kepala keluarga (KK) juga belum tersentuh dana pembangunan RTG. Sehingga sampai sekarang masih menanti dana pembangunan. Pasalnya, 800 KK ini termasuk nama yang diusulkan pemerintah desa ke kabupaten.
“Apa benar yang belum diperbaiki rumahnya ini pernah diusulkan juga nama mereka. Karena tahun 2018 lagi persiapan pemilihan kepala desa, dan saya belum jadi,” bebernya.
Namun diakuinya pada tahun 2019, saat dirinya sudah menjabat kades telah mengusulkan penerima bantuan RTG sebanyak 2.500 KK. Namun yang direalisasikan pemerintah 900 KK. “Sisa yang belum sekitar 700 sampai 800 KK. Harapan kami semoga BPBD atau pihak terkait bisa segera membantu masyarakat kami,” harapnya.
Sementara, kepala dusun (Kadus) Selakan Desa Sintung, Zaenuddin mengungkapkan khusus di dusun yang dia pimpin ada tiga KK kondisi rumah rusak berat belum menerima bantuan RTG. Sementara ringan dan sedang 30 rumah belum diperbaiki.
“Yang rusak berat ini pemilik masih tinggal di dekat sungai. Dan satunya tinggal dekat sawah,” ceritanya.
Salah satu warga Dasan Telage Desa Sintung, Mustiadi yang merupakan warga terdampak gempa bumi tahun 2018 mengaku selama ini hanya didata petugas.”Cuma kita tidak tahu kapan ada bantuan untuk perbaikan rumah. Ya kurang lebih 3 tahun kami tinggal di sini dari gempa 7 koma,” katanya.
Selama ini, dirinnya bersama anak dan istri hanya berani tinggal di tenda yang beratap spandek. Namun saat siang hari, kadang mereka masuk ke dalam rumah.”Tapi kalau malam di sini saja, biar aman. Kita tidak tahu nanti ada gempa, itu saja kami bantu dengan kayu untuk menahan bangunan,” ungkap bapak tiga anak itu.
Bukan hanya bantuan dana pembangunan RTG. Bantuan social lain juga saat ini sudah tidak lagi dirinya peroleh. Sementara ia bersama keluarga bertahan hidup dari hasil jualan sosis bakar keliling.”Kalau bersih kurang lebih 50 bahkan 30 ribu per hari saya bawa pulang. Sementara anak, satu kuliah, SMA dan MTs,” tuturnya.
Dari kondisi ini, Mustiadi ada bantuan dan perhatian dari pemerintah dalam hal ini BPBD kabupaten bahkan provinsi.”Itu saja kami tunggu sejak lama,” katanya.(red)