PRAYA – Para penghuni rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) di Kelurahan Semayan, Kecamatan Praya siap mati dan dikubur di Rusunawa jika itu menjadi syarat warga bertahan tinggal di sana. Langkah ini akan dilakukan penghuni Rusunawa karena mereka habis akal menyikapi sikap Pemkab melalui Dinas Perkim.
Penghuni Rusunawa yang diminta minggat dari tempat itu, Lale Sasmayanti yang tinggal di lantai 2 merupakan warga Kelurahan Tiwugalih mengaku akan tetap bertahan dengan warga lainnya. Dia pun menceritakan kondisi kehidupannya, dirinya tinggal di Rusunawa setelah cerai dengan suaminya.
Dimana, Lale bersama kedua anaknya yang saat ini masih duduk di bangku SMA tinggal di Rusunawa. Sementara ia pekerjaannya serabutan.”Saya sejak tahun 2020 akhir tinggal di sini, saya sanggup melunasi tunggakan pada Hari Senin pagi, tetapi orang dinas bilang tidak bisa. Saya sempat menangis dan memohon kepada dinas,” tuturnya di hadapan media, Rabu kemarin.
Ditambahkan penghuni Rusunawa lainnya, Nur Hasanah warga kampung Dolog Kelurahan Semayan yang sejak tahun 2018 tinggal di Rusunawa. Ia terpaksa tinggal di bangunan milik pemerintah ini karena tidak memiliki rumah. “Anak saya satu dan suami saya seorang sopir, saya mau tetap bertahan di rusun karena tidak punya tempat tinggal,” katanya.
Nur sebagai masyarakat sekitar yang sesuai kriteria mengaku sanggup melakukan pembayaran bulanan sewa Rusunawa. Tapi dia menyebutkan Dinas Perkim tidak memberikan toleransi sedikitpun.
Ia pun menceritakan, sejak selesai pembangunan Rusunawa dirinya bersama keluarga mulai tinggal di sini. Kemudian tahun 2018 sampai dengan 2021 tidak pernah ada pemberlakuan pembayaran penyewaan bagi yang menempati Rusunawa.
Sepengetahuannya dan alasan warga belum bayar sewa bulanan karena Rusunawa ini oleh Dinas Perkim Provinsi NTB belum melakukan serah terima kepada kabupaten, sehingga tempat ini merupakan aset dari pemerintah Provinsi NTB, bukan kabupaten.
“Dari awal tahun 2021 memang kami membayar penyewaan, ada yang bayar 3 bulan hingga 4 bulan. Kami kadang heran yang menagih kami pembayaran selalu berbeda-beda, ini membuat kami ragu membayar,” ungkap dia.
Dibeberkannya juga, dia bersama warga lain sempat diancam akan dikeluarkan barang-barangnya secara paksa oleh petugas. Parahnya lagi saat ini, oleh petugas dinas telah mengganti kunci pintu masuk kamar. “Terus kami mau tidur dimana pak?,” ujarnya.
“Kami siap mati dikubur di Rusunawa ini asal tetap tinggal di sini,” sambungnya.(tim)