Oleh: Jayadi

Ketua Lakpesdam NU NTB

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah menggagas visi besar untuk periode 2025–2029: “Bangkit Bersama Menuju NTB Provinsi Kepulauan yang Makmur dan Mendunia.” Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), istilah “mendunia” banyak dikaitkan dengan pengembangan sektor pariwisata berkelas global serta penguatan jejaring diaspora NTB di luar negeri.

Namun, di luar agenda formal pemerintah, terdapat satu potensi yang selama ini luput dimaksimalkan: peran pekerja migran sebagai agen promosi daerah. Potensi ini bukan hanya besar, tetapi juga riil, murah, dan efektif.

Hingga tahun 2024, tercatat lebih dari 30 ribu pekerja migran asal NTB tersebar di sedikitnya 32 negara. Mereka tidak hanya mengirimkan devisa hingga Rp 223 miliar ke daerah, tetapi juga membawa bahasa, budaya, dan nilai-nilai lokal ke tempat mereka bekerja dan tinggal.

Jika potensi ini diarahkan secara sistematis, pekerja migran dapat menjadi duta budaya dan promotor daerah yang kuat di mata dunia.

*Agen Budaya yang Otentik*

Pekerja migran secara tidak langsung telah menjadi duta budaya. Banyak dari mereka yang memperkenalkan makanan khas NTB kepada majikan atau komunitas di luar negeri. Tak sedikit pula yang menampilkan kesenian tradisional dalam kegiatan komunitas diaspora.

Cerita-cerita sederhana ini memiliki kekuatan promosi yang sangat kuat, karena datang dari pengalaman personal yang otentik. Di tengah kejenuhan terhadap iklan formal yang kerap berlebihan, pendekatan ini justru lebih menyentuh dan mudah diterima oleh publik internasional.

Di era media sosial, peran ini menjadi semakin signifikan. Banyak konten yang diunggah oleh pekerja migran justru lebih viral dan membekas dibandingkan promosi resmi pemerintah. Hal ini memperlihatkan bahwa narasi dari akar rumput memiliki tempat tersendiri dalam membentuk persepsi publik global.

*Strategi yang Sederhana dan Hemat*

Mempromosikan NTB melalui pekerja migran bukanlah gagasan yang membutuhkan biaya besar. Cukup dengan intervensi kecil namun terstruktur. Misalnya, pemerintah daerah bisa mewajibkan lembaga penyalur tenaga kerja untuk memberikan pembekalan promosi daerah bagi calon pekerja migran sebelum keberangkatan.

Materi pembekalan pun tak perlu rumit. Bisa berupa pengenalan destinasi unggulan, kalender pariwisata tahunan, cara menyebarkan konten melalui media sosial, serta cara sederhana memperkenalkan budaya lokal kepada orang asing. Pemerintah cukup menyiapkan materi promosi berupa flayer, video, atau infografik yang mudah dipahami dan digunakan oleh pekerja migran.

Dengan strategi ini, para pekerja migran dapat mempromosikan NTB secara informal kepada bos, kolega, tetangga, atau teman komunitas mereka. Promosi berjalan alami, tanpa paksaan, dan justru lebih berdampak.

*Potensi Efek Berganda*

Ketika pekerja migran terlibat dalam promosi daerah, mereka tidak hanya memberikan nilai tambah secara ekonomi, tetapi juga mendorong kebanggaan dan keterikatan terhadap daerah asal. Mereka menjadi bagian dari narasi kemajuan NTB.

Efeknya bisa menjalar ke sektor lain. Promosi informal ini dapat membuka peluang pariwisata baru, memperkenalkan produk-produk UMKM lokal ke pasar luar negeri, hingga membangun jejaring diaspora yang lebih aktif. Dalam jangka panjang, peran ini dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan.

*Melihat Migran sebagai Mitra, Bukan Beban*

Sudah waktunya pemerintah daerah tidak sekadar melihat pekerja migran sebagai sumber remitansi, tetapi sebagai mitra strategis pembangunan daerah. Mereka memiliki jejaring, pengaruh sosial, dan semangat yang bisa digerakkan untuk menduniakan daerah asalnya.

Langkah sederhana ini tidak membutuhkan event mewah, iklan mahal, atau rapat-rapat berbiaya besar. Yang dibutuhkan adalah kemauan untuk merancang kebijakan yang berpihak pada kekuatan rakyat, serta sedikit kreativitas untuk menyusun strategi promosi berbasis komunitas.

Jika NTB ingin mendunia, maka titiplah cita-cita itu kepada mereka yang memang sudah ada di dunia luar: para pekerja migran. Mereka bukan hanya pahlawan devisa, tetapi juga bisa menjadi pahlawan narasi daerah.

100% LikesVS
0% Dislikes
Post Views : 87

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *