AMIN/RADAR MANDALIKA KOMPAK: Leni (berhijab) dan Tata keduanya merupakan atlet sepakbola wanita SMAN 1 Praya Barat.

Mulai Main Bola Sejak SD, Pernah Tanding Sampai Nasional

 

Pesepakbola wanita masih jarang ditemukan di Nusa Tenggara Barat (NTB). Baru-baru ini, telah lahir atlet sepakbola wanita yang masih duduk di bangku SMA. Keduanya biasa disapa Tata dan Leni, siswi SMAN 1 Praya Barat.

DIKI WAHYUDI-LOMBOK TENGAH

NAMA lengkap, Sanata Sulistia Ningrum dan Leni Marlina. Keduanya merupakan gadis asal selatan Lombok Tengah. Tata dari Desa Pelambik, Kecamatan Praya Barat Daya, sementara Leni warga Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat.
Tata dan Leni sejak lama saling kenal di lingkungan sekolah, namun setelah bergabung di club sepakbola Neo Angel keduanya kini makin akrab. Disetiap latihan selalu bertemu. Bahkan pada pertandingan sepakbola merebut Piala Pertiwi 2021 keduanya makin kompak di sana. Hasilnya, club kece ini berhasil meraih juara 1.
“Alhamdulillah cukup bangga. Tapi saya pernah saat sebelum lomba tidak ada sepatu, sepatu yang ada kebuka lemnya,” sahut Leni dalam podcast bersama Radar Mandalika, Selasa pagi kemarin.
Leni melanjutkan, di tengah kepanikannya untuk tanding akhirnya ada dewa penyelamat. Ada seorang rekannya yang memberikan sepatu pinjaman.
“Untung ada, sementara posisi saya sebagai penjaga gawang sih,” katanya polos.
Leni membeberkan, selama ini orangtua khususnya bapak sangat mendukung dirinya terjun ke dunia sepakbola kendati dirinya seorang wanita. Namun tak searah dengan ibu malah cuek.
“Kalau bapak memang mau kami anaknya jadi atlet. Apalagi saya, bapak sejak lama mau ada anak cowok, kami enam bersaudara dan cewek semua,” katanya tersenyum.
Namun di balik proses panjang yang Leni lalui akhirnya saat ini menjadi kebanggaan kedua orangtua termasuk guru di sekolah. Apalagi Maret 2022 ia berangkat bersama clubnya tanding di Bandung merebut Piala Pertiwi 2022 tingkat nasional.
“Awalnya teman di sekolah juga banyak yang ejek karena saya tomboy, eh taunya sekarang mereka juga ikut bangga saat kami berangkat ke Bandung,” ceritanya.
Tidak hanya Leni, Tata juga punya cerita yang hampir sama. Ia juga merupakan wanita dikenal tomboi sejak duduk di bangku SD hingga sekarang.
“Sama masalahnya, saya juga awal sulit cari sepatu. Bapak sibuk ke rumah istri lainnya, tidak sempat temani saya. Tapi pas dapat juara tingkat provinsi baru kemudian saya dibelikan sepatu dikasi uang juga, kayaknya bapak baru sadar anaknya bisa jadi pemain bola,” ungkap putri Kepala Desa Serage ini.
Tata mengaku, cerita dirinya dengan Leni rekannya hampir sama. Sejak duduk di bangku SD, dia sudah mulai suka main bola. Bahkan setiap ada waktu dirinya dan rekan lainnya mencari lawan ke luar desa.
“Berkelahi juga pernah ikut dulu,” ujarnya sembari tertawa lebar.
Tata menuturkan, kebanggaan yang luar biasa dirasakannya dan keluarga ketika dirinya bisa lolos bertanding ke Bandung tingkat nasional. Kendati kalah melawan club wanita Arema, namun ia yakin prestasi awal ini sebagai penyemangat baru baginya.
“Cita-cita saya mau jadi Polwan, sekarang saya baru saja lulus di SMA mau kuliah dulu sambil menunggu pembukaan polri tahun depan,” ceritanya.
Leni dan Tata menandatang para wanita lainnya untuk bisa menjadi atlet bola seperti dirinya. Menurut dia, menjadi pesepakbola wanita tidaklah sulit asalkan ada keinginan saja.
“Teruslah berlatih dengan giat. Eh saya lupa ucapkan terimakasih juga kepada kepala sekolah dan ibu bapak guru di sekolah yang telah mensuport kami,” kata Leni.(*)

 

 

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *