Revolusi industri telah melahirkan Post truth (pasca kebenaran). Maraknya penggunaam Medsos yang menempatkan diri sebagai konsumen, berpotensi membunuh nalar kritis penggunanya. Pengguna hanya sebatas sebagai penikmat kontem yang diproduksi oleh penguasa dan pengelola indsutri medsos itu sendiri.
Ada satu budaya yg menghwatirkan yakni “post truth”. Bahwa kebenaran tidak lagi berdiri pada fakta kodisi objektif atas sebuah peristiwa. Akan tetapi telah dibajak oleh sesuatu yang diviralkan. Ujungnya, masyarakat tidak bisa lagi melihat sesuatu yang benar kecuali ditafsir dengan sesuatu yang viral. Maka viral dianggap sebuah kebenaran.
Kehadiran dominasi medsos telah membuat manusia mapan dalam budaya digital. Disisi lain, tantangan kehadiran Artficial intelegent telah merasuk dalam sendi sendi kehidupan bahkan berpotensi mengganti peran-peran manusia keseharian.
Solusi atas kondisi tersebut. Pertama, menguatkan identitas lokal, sebagai tameng atas dampak lompatam digitalisasi dan melawan budaya post truth.
Berikutnya, penguatan kapasitas tentang penuasaan soff skill bagi kalangan muda, agar bisa memanfaatkan lompatan digital sebagai sesuatu yang produktif dan bisa menempatkan lompatan digital sebagai alat perubahan bukan malah menjadi korban. (*)
