khotim/radarmandalika.id seorang warga saat melakukan proses panen padi

 

PRAYA – Petani padi di Kabupaten Lombok Tengah menjerit. Pasalnya, harga jual gabah kering bahkan basah jatuh akhir ini.

Salah satu petani padi di Lingkungan Renteng, Kelurahan Renteng, Kecamatan Praya, Zaenudin mengungkapkan keluhannya. Katanya, harga jual gabah basah Rp 350.000 per kwintal atau 100 kg. sementara gabah kering Rp 440.000 per kwintal. Harusnya gabah kering dibeli dengan harga Rp 500.000.

“Sebelumnya harga Rp 400.000 hingga Rp 450.000 gabah basah. Ya, sementara sekarang kualitas padi bagus semua, hasil panen juga demikian,” ceritanya kepada Radar Mandalika.

Dibeberkannya biaya produksi yang dihabiskannya. Garap sawah dalam per are 15.000 sehingga jika 20 are biaya garap saja Rp 300.000. Kemudian harga bibit padi 5 kilogram untuk sawahnya Rp 60.000. Dalam biaya menanam padi menghabiskan biaya 300.000. Dengan rincian 30.000 per hari per orang dan menggunakan 10 orang. Sementara, kebutuhan pupuk yakni, 100 kg pupuk seharga 1 juta ditambah lagi biaya tidak terduga sekitar 500.000.

 

“Sehingga total biaya penanaman padi hingga menjelang panen menghabiskan biaya sekitar 2.100.000,” ungkapnya.

 

Selain itu, dari hasil pertanian dari 20 are luas lahan sekitar 1.200 kg. Biaya panen padi yang dibayar pemilik kepada buruh dengan padi seberat 200 kg. Sehingga bersih hasil didapatkan 1.000 kg.

“Ini hitungan kami rugi,” katanya.

 

 

 

Terpisah, Sekretaris Dinas Pertanian Lombok Tengah, Taufikurahman menjelaskan, pihaknya sudah mendeteksi kondisi ini sejak 2 minggu terakhir. Adapun langkah-langkah  yang telah dilakukan berkoordinasi dengan Bulog, asosiasi Pengusaha Padi (Perpadi), jajaran pertanian lapangan dan stake holder lain.

 

“Saat ini kami sedang mendorong agar Bulog membuka keran pembelian, karena bulog harganya lebih baik yakni 4.200 per kg untuk gabah kering, dengan kadar air maksimal 25 persen dan broken maks 10 persen, jika dibandingkan dari harga pasaran 3.500 hingga 3.800 per kg,” tegasnya.

 

Arman juga telah memerintahkan semua jajaran petugas lapangan untuk memberikan anjuran kepada petani untuk menunda penjualan untuk beberapa minggu kedepan, agar pasokan beras di pasar tidak melimpah.

“Kondisi ini terjadi seluruh Indonesia,” ceritanya.(tim)

 

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *