MATARAM – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB mengaku Pergub Nomor 9 tahun 2022 tentang Tarif Hotel tidak digunakan oleh sejumlah hotel. Hal tersebut disebabkan Pergub itu keluar disaat hotel sudah banyak yang memesan.
“Meski adanya Pergub, tapi setelah kamar hotel banyak laku baru muncul Pergub,” ungkap Ketua PHRI NTB, Ni Ketu Wolini dalam Diskusi Publik “MotoGP Mandalika Sukses Digelar” di Kafe Tuwa Kawa, Jumat malam (25/3/2022).
Mahalnya tarif hotel saat gelaran MotoGP diakuinya hal yang lumrah. Dirinya mengaku tidak bisa berbuat apa-apa lantaran hal itu merupakan hukum pasar.
“Setiap ada event, pasti ada kenaikan. Itu lumrah,” katanya.
Namun demikian adanya kenaikan tarif hotel itu bukan dilakukan oleh pemilik hotel tetapi sudah berada di tangan para agen.
“Yang sering kita hadapi sebetulanya di tangan agen. Dari pihak hotel menaikkan satu kali lipat tapi agen menaikan berlipat lipat. Ini semacam (ada) sindikat (rantai panjang),” terangnya.
“Ini sebetulnya menjadi perhatian kita, menaikkan bisa 10 kali lipat. Dari 200 ribu jadi 2 juta. Ini yang menyebakan nama hotel kita tidak bagus,” sambungnya.
Wolini menyebutkan dalam Pergub yang dikeluarkan gubernur itu lemahnya tidak ada mengatur terkait aturan main agen. Dampaknya agen bisa semena mena menaikkan harga kamar hotel.
“Pesan kami agar ditertibkan calo penjualan kamar hotel ini. Di Pergub itu tidak diatur. Jadi Pergub diatur soal hotel saja. Tapi soal egen tidak ada,” ujarnya.
Wolini juga sepakat dengan pengaturan zonansi harga kamar hotel pada setiap even yang mana kenaikan tarif sesuai dengan zona. Pertama zona utama yang dekat dengan kawasan Mandalika diatur boleh menaikkan sampai tiga kali lipat, kedua Sub Zona dikawasan Mataram yang mengatur hanya boleh menaikkan dua kali lipat dan pada zona penyangga hanya boleh menaikkan satu kali lipat.
“Namun (isi Pergub) harus diiringi dengan mengatur tentang agen,” katanya.
“Tapi kedepannya pasti kita taati aturan Pergub itu,” celetuknya.
Terkait dengan okupansi hotel, selama tiga hari penyelenggaraan MotoGP sebanyak 95 persen. Beberapa kamar diakuinya belum terisi lantaran jarak tempuh ke Sirkuit Mandalika cukup jauh.
“Yang masih ada kosong di wilayah tiga gili dan Sembalun. Wajar juga, kan dari dua lokasi itu minimal waktu tempuh ke Sirkuit Mandalika minimal tiga jam. Belum macet,” sebutnya. (jho)