PRAYA-General Manager (GM) PT. Angkasa Pura I BIL, Nugroho Jati tidak mau komentar soal perusakan plang nama tambahan dari BIL menjadi BIZAM.”Mohon maaf mas Diki, saya tidak bisa komentar tanggapan,” jawabnya singkat via wa saat dihubungi, kemarin.
Nugroho kemudian tidak ada respons ketika ditanya soal kasus perusakan plang nama tersebut. Demikian juga ditanya siapa yang menambahkan nama BIL menjadi BIZAM.
Sebelumnya, pomen pergantian tahun dari 2020 ke 2021 sempat tegang di depan pintu masuk Bandara Internasional Lombok (BIL), Jumat dini hari. Awalnya terjadi pemadaman listrik mendadak di lingkar bandara pukul 00.00 Wita, tidak lama lampu pun nyala. Namun warga dikejutkan dengan adanya penambahan nama BIL menjadi BIZAM di plang pintu masuk bandara.
Warga yang melihat ada nama tambahan ini, spontan membuat puluhan warga lingkar bandara keuar melakukan aksi protes. Warga pun menanyakan siap yang telah berani menambah nama BIL. Warga yang dihadapkan dengan aparat keamanan langsung bertindak, warga merusak dengan cara mencabut huruf nama tambahan BIL menjadi BIZAM.
“Saya langsung ke lokasi karena dijemput warga, dan kita temukan sudah dirusak. Cuma memang kaget juga kami, tiba-tiba lampu mati begitu nyala nama tambahan BIL menjadi BIZAM sudah terpampang,” ungkap tokoh warga lingkar bandara, HL Moh. Putria saat dihubungi Radarmandalika.id via telpon.
Di lokasi, Putria mengakui menemukan ada kapolres dan dandim. Dalam kesempatan itu, Putria menyampaikan, dirinya sebagai orang tua tentu ingin menjaga kondusifitas baik yang pro dan kontrak penambaha nama BIL dengan menambahkan nama Pahlawan Nasional asal NTB. Putria juga menanyakan siapa pihak yang meminta nama BIL ditambah.
“Warga kami ini hanya korban kebodohan dari elit punya kepentingan. Sementara rakyat yang tidak tahu jadi korban. Ini kedua kali dilakukan penambahan nama BIL dengan jam yang sama, Cuma awalnya itu kita berhasil gagalkan penambahan,” ceritanya.
Putria juga menegaskan, atas nama masyarakat ia tidak ihklas dan ridho warga sekitar dibenturkan dengan yang punya kepentingan. Mantan Kadisbudpar Lombok Tengah ini juga menanyakan apa menjadi urgensi nama ditambah atau dikurangi.
“Ini harus gunakan pendekatan kearifan local, kita harus duduk bersama pro dan kontrak. Kita dengarkan bersama apa alas tetap nama BIL atau ditambah BIZAM,” tegasnya.
Ia menyebutkan, jika penambahan nama BIL hanya mendatangkan mudarat harusnya kita sama-sama legowo menerima untuk kebaikan kita semua.
“Kalau saya ditanya kenapa bisa nama BIL, saya paham sekali. Dulu ada 11 usulan nama bandara yang itu disepakati oleh para tokoh di Lombok dan Pulau Sumbawa,” jelas dia.
Diceritakan Putria, dulu saat dibahas nama bandara. Dari 11 nama usulan bandara muncul nama Mandalika, Raden Resnem, Raden Binsih, Pejanggik, Selaparang, Siledendeng dan yang disepakati nama BIL yang tidak membawa nama organisasi, daerah tertentu, kelompok apalagi nama tokoh-tokoh.
“Nama harus umum agar bisa diterima semua pihak, Loteng saja sebagai tempat bandara tidak boleh semena-mena menjadikan nama bandara yang mencantumkan nama daerah,” terangnya.
“Nah sekarang kok tiba-tiba ditambah, alasan nama pahlawan nasional dan kami sangat menghormati beliu. Di Aceh saja tidak mesti nama pahlawan nasional jadi nama bandara, Jogja begitu juga di Malaysia sebagai contoh,” sambung dia.
Putria menerangkan, di Lombok Tengah saja banyak tuan guru yang berjasa besar dalam pembangunan bandara dan tidak pernah meminta nama mereka dicantumkan di nama bandara. “Tuan guru Bagu misalnya, peran beliau luar biasa dulu,” sebut Putria.
Aneh menurut Putria, kenapa di satu daerah menggunakan satu nama bandara yakni, BIZAM Rembiga demikian juga BIL mau ditambah menjadi BIZAM. “Ingat juga juga ada prasasti ditandatangan oleh Presiden saat itu bapak SBY, apakah boleh diubah begitu mudah. Saya jug baca Permenhub no 39 tahun 2019 itu disebutkan yang berhak ganti nama bandara adaah Menhub dengan usulan dari hasil rapat paripura DPRD yang berketempatan yakni DPRD Lombok Tengah dan bupati diperkuat rekomendasi tokoh Loteng baru diusulakn ke provinsi,” katanya.
Sementara itu, kasus perusakan plang nama tambahan BIL menjadi BIZAM mendapat tanggapan dari petinggi NW Anjani, TGB Atsani. Dia meminta semua pihak agar menahan diri dan tidak terpancing dengan aksi provokasi tersebut.
Menurut TGB, soal penambahan nama bandara, tidak usah diperdebatkan lagi, karena itu sudah selesai. Menurutnya, yang perlu dijaga sekarang adalah menahan diri dan terus berdoa agar daerah kita tetap kondusif.
“Masyarakat Lombok dan NTB tetap tenang. Jangan ada yang terprovokasi dengan aksi itu. Biarkan pemerintah dan aparat yang bekerja sesuai tupoksinya,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW), Tuan Guru Bajang KH LG M Zainuddin Atsani, melalui siaran persnya, Sabtu (02/01).
TGB menegaskan, untuk tidak menanggapi permasalahan tersebut secara berlebihan di media sosial, mengingat media sosial tersebut sering menjadi sumber kegaduhan di masyarakat.
“Tidak perlu berlebihan di medsos menanggapi hal-hal seperti ini,” tegasnya.
Jadi lanjutnya, sebagai warga yang taat pemerintah, kita harus membantu pemerintah menjaga kondusivitas daerah masing-masing dengan cara tidak ikut memperkeruh keadaan. Ia sangat yakin pemerintah akan sangat arif melihat keadaan ini.
Ditambahkannya, soal penambahan nama bandara ini adalah wewenang pemerintah pusat. Itu bentuk penghargaan pemerintah kepada para pahlawan nasional yang berjasa kepada bangsa dan Negara.
“Kata Bung Karno, Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa pahlawnanya,” sebutnya.
TGB juga sangat berterimakasih kepada Presiden RI yang telah memberi gelar pahlawan nasional kepada tokoh NTB sekaligus memberikan namanya untuk nama bandara internasional di Lombok.
“Kita apresiasi pemerintah memberikan penghargaan kepada pahlawan nasional,” pungkasnya.
Selain itu, satu persatu organisasi di luar juga ikut bicara. Pertama datang dari Duta Pemuda Indonesia 2020 utusan Lombok Tengah, Asrihul Mawandi. Dia mengatakan, terlepas dari persoalan bandara, Lombok Tengah 2021 ini akan menjadi tuan rumah evant dunia. Untuk itu diminta agar menyelsaikan polemic nama bandara. Menurutnya, BIL adalah keputusan nama yang bagus.
“Sebenarnya hanya tentang kurangnya musyawarah, dan sosialisasi, pemerintah Provinsi dengan Pemerintahan daerah, dan masyarakat,” sebut Asrihul.
Katanya, melihat kondisi Lombok Tengah yang saat ini akan merajut mendunia sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan untuk menjadi Lombok Tengah maju. “Saya juga heran dengan yang menggap dirinya tokoh di Lombok Tengah ini sedikit-sedikit main sentil di media sosial, bayangkan media sosial ini adalah media gelobal terbesar di dunia, jadi bukan masyarakat Lombok Tengah saja yang melihat,” tegasnya.
Terpisah, Himpunan Generasi Muda (HGM) juga mendorong polisi tegas dalam mengusut oknum pengerusakan plang nama tambahan dari BIL menjadi BIZAM.
HGM melihat tindakan perusakan fasilitas umum oleh beberapa oknum disayangkan. HGM juga menyatakan kekecewaannya terhadap tindakan arogan tersebut.
Dalam video yang berdurasi setengah menit tersebut, terlihat beberapa orang membongkar tulisan plang bandara. Terdapat juga aparat kepolisian terlihat mencegah tindakan tersebut, namun tidak diindahkan.
“Kami kecewa dengan tindakan pengerusakan tersebut, apalagi dilakukan di hadapan APH, ini namanya ngelunjak,” tegas Nasrullah Ketua HGM Loteng.
Pihaknya juga meminta APH bertindak tegas atas tindakan yang tidak bermoral ini, pihaknya menuntut polisi bertindak tegas, mengingat tidak boleh adanya oknum-oknum yang bertindak semena mena atas nama apapun.
Persoalan nama bandara pihaknya menyatakan sudah final, pembuatan plang dan atribut bandara pun juga berangkat dari keputusan tersebut. Namun beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab kerap memprovokasi masyarakat.
“Kami curiga, ada sekelompok orang yang memanfaatkan isu ini, seharusnya tahun baru menjadi titik tolak kita untuk mengevaluasi diri dan merajut perdamaian, kami mengajak generasi muda jangan berpecah belah,” tutupnya. (tim/cr-ndi/r1)