Saat Muda jadi Vokalis Rudat, Sekarang Fokus Urus Rumah Allah
Abdul Waad, 67 tahun merupakan seorang imam Masjid Nurul Ihkhwan Sape Daye, Desa Kabul, Kecamatan Praya Barat Daya. Tokoh satu ini sejak lama didaulat menjadi imam masjid.
JHONI SUTANGGA – LOMBOK TENGAH
SATU jam sebelum tiba waktu salat, seorang penghuni rumah ukuran 3×4 meter berdinding bedek ini Nampak sibuk mempersiapkan diri berangkat ke masjid. Seperti itulah aktivitas setiap waktu jelang salat lima waktu H. Abdul Waad.
Jarak rumahnya dengan masjid sekitar 50 meter. Bukan saja hanya bertugas menjadi imam, pria lanjut usia ini juga seorang yang ditugaskan menjadi Takmir (merbot) masjid. Untuk itu, dia harus lebih awal di masjid. Sambil menunggu waktu salat, pria kelahiran Gubuk Sape, 1 Juli 1952 silam ini tentunya memastikan juga kebersihan di masjid. Sambil menunggu waktunya azan, ia sesekali meringankan tangannya untuk mengambil sapu.
Tidak sampai di situ, H. Abdul Waad harus memastikan semua kebutuhan masjid terpenuhi. Mulai dari air wuduk, dan kebutuhan lainnya. Kesibukan semacam ini dilakukannya sudah puluhan tahun silam.
“Kurang lebih 33 tahun jadi imam,” tuturnya kepada Radar Mandalika.
Abdul Waad menjadi imam masjid sebelum melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci Makkah. Ia selama itu selalu didorong jamaah menjadi imam salat di masjid.
Namun di balik itu semua, H. Abdul Waad memiliki aktivitas yang berbanding terbalik dengan kegiatannya saat ini. saat muda, dirinya menjadi vokalis Rudat. Bahkan selepas dari Sekolah Rakyat (setara STLP) kehidupannya banyak dihabiskan untuk manggung apalagi saat musim orang begawe nyongkolan. Ia selalu mendapatkan job.
Pada saat menjadi vokalis rudat ternama di kampung, gaya hidup hamper sama dengan penyanyi atau vokalis band saat ini. Banyak didekati wanita bahkan pastinya hidup hura-hura. Kendati status sudah menikah dengan nama Remin.
Istrinya pun sempat bercerita, kendati H. Abdul Waad lahir dari kalangan orang berada. Saat itu dikenal dengan memiliki belasan kerbau dan sawah yang luas, tapi tidak pandai ditabung dan pada akhirnya pernah terjepit dengan kebutuhan ekonomi keluarga. Kondisi itu membuat H. Waad berpikir untuk bisa memenuhi kehidupan sehari-hari, apalagi saat itu ia sudah dikaruniai anak Idham Khaliq dan Ahmad Dahlan tentu dituntut bisa memenuhi kehidupan sehari hari.
“Kami sempat berdagang keliling dulu,” cerita sang istri.
“Dulu dia boros, pemalas dan suka main perempuan,” kata istrinya yang sudah usia 57 tahun.
Dilanjutkannya, kehidupannya sudah mengenal hidup hitam putih hingga akhirnya perjalanan hidupnya pun berubah terbalik. Saat ini selain menjadi imam masjid juga menjadi tokoh agama di kalangan masyarakat sekitar. Dia selalu diminta memimpin zikir.
Selain itu, ada juga cerita baiknya. H. Abdul Waad pernah menjadi kepala dusun (Kadus) di Dusun Sape selama bertahun-tahun. Jabatan itu menganggantikan posisi kakak kandung H. Sabri (almarhum), dari sisi keluarganya, H. Waad memang berangkat dari keluarga mampu terpandang bahkan masjid yang ia rawat saat ini tanahnya diwakafkan oleh nenenknya, Papuk Sape. Nama nenenknya itu dijadikan nama dusun sekarang.
Sebagai anak keemapat dari enam bersaudara, H. Waad masih dijadikan tokoh agama dan masyarakat. Dari enam bersaudara dia laki-laki yang masih diberikan umur panjang oleh Allah SWT. Dia masih hidup bersama kakaknya perempuan, Inaq Selihin dan adiknya, Inaq Siah. Tiga saudaranya laki-laki sudah dipanggil Allah yaitu dua kakaknya H Sabri, H Syafii dan adeknya H Husnan.
Sekarang ini, H. Abdul Waad kehidupannya bisa dibilang sangat sederhana. Dia tinggal di sebuah rumah dengan satu kamar untuk tempat tidur dan kamar luar untuk makan dan dapur. Namun kesedarhanannya itu tidak membuat aktivitas ibadahnya luntur.(bersambung)