IST/RADAR MANDALIKA Dr Abdurrahman

Abdurrahman Sejak di Pondok Sudah jadi Imam

Selain menjadi imam masjid, Doktor Abdurrahman juga merupakan seorang dosen. Dia juga mengembangkan masjid menjadi central dakwah dan sosial ekonomi. Seperti apa?

JHONI SUTANGGA – LOMBOK BARAT

MENJADI Imam masjid bukan sesuatu yang wah bagi aktivis NU ini. Terlebih mereka yang memang punya latar belakang pendidikan pondok pesantren, bisa menjadi Imam Salat sesuatu yang biasa saja. Namun istimewanya ketika mengemban tugas sebagai imam dibarengi dengan rencana pengembangan masjid menjadi centeral dakwah dan sosial ekonomi. Seperti dilakukan Abdurrahman yang merupakan doktor jebolan Universitas Negeri Jakarta bidang studi Penelitian dan Evalusi Pendidikan itu. Kendati sibuk dengan aktivitas mengajar di universitas negeri dan swasta di Mataram, pria kelahiran Banyumulek 31 Desember 1984 itu juga sedang mengabdikan diri sebagai imam masjid di Masjid Jamiq Muhammad Bin Ibrahim Perumahan Bale Agung II Banyumulek, Kediri, Lombok Barat.

Selama ini, Abrurrahman tidak saja dipercaya menjadi imam salat saja namun pihak pengelola perumahan menyerahkan sepenuhnya menjadikan pengelolaan masjid itu sebagai sentral kegiatan yang lain yang bisa meramaikan komplek perumahan.

Abrurrahman kepada wartawan Radar Mandalika mengatakan, sebetulnya menjadi imam itu hal yang biasa. Terlebih didikan agama mengajarkan dia sudah menjadi imam sejak mondok di Pondok Pesantren Darul Palah, Pagutan Kota Mataram sejak tahun 1996 silam.

“Menjadi Imam sudah sejak dari mondok,” ungkapnya.

Dari segi pelaksanaannya, imam itu mudah tetapi beberapa hal yang diharuskan untuk dipahami seorang Imam. Misalanya, bacaannya harus pasih, Tahsib termasuk juga memahami dialog dalam setiap kata-kata dalam bacaannya. Dalam salat banyak mengandung bacaan yang berkaitan dengan Nahu Saraf (cara baca) termasuk juga aspek fiqhnya.

“Artinya mengendepankan bacaan yang pasih sedikit paham Nahwu dan Fiqh hal yang tidak kalah penting selain memahami rukun rukun salat,” tegasnya.

Menurutnya, hal itu penting mengingat Iman itu punya tanggungjawab besar kepada Makmun untuk memimpin Salat dengan baik dan benar.

“Kita udah diajarkan sejak mondok,” ceritanya.

Dikatakannya, beberapa pemahaman agama itu penting diterapkan dan diajarkan kepada yang lain dengan harapan salat yang dilakukan bisa diterima oleh Allah SWT.

Sebelum menjadi imam di Masjid Muhammad Bin Ibrahim, dia juga sempat mengabdikan diri menjadi imam di masjid yang lain.
“Alhamdulillah saya juga sempat dipercaya sebagai Imam Masjid Kembar Banyumulek. Salah satu Masjid yang terbilang besar di Banyumulek,” bebernya.

Saat ini, pria yang juga Ketua Lakpesdam NU Lombok Barat itu tidak khawatir akan dengan kesibukannya sebagai dosen. Aktivitas perkuliahan itu merupakan kegiatan rutin yang tidak akan menghambat pengabdiannya mengelola Masjid Muhammad Bin Ibrahim itu. Malah pengabdiannya tidak hanya sebatas sebagai Imam justru lebih dari itu. Masjid tersebut akan dekolalanya lebih luas lagi. Kedepannya, masjid itu akan dijadikan sebagai pusat dakwah, kegiatan sosial sampai kegiatan ekonomi. Dia mengajak kader-kader IPNU-IPPNU dalam mengelolanya. Tujuannya, tidak lain supaya bagaimana tradisi Aswaja bisa hidup di Masjid itu.

Selain itu, nantinya akan dijadwalkan pengajian rutin entah satu bulan sekali dengan mengundang para asatiz yang berlatarbelakang Nahdltul Ulama (NU). Kesan selama ini Masjid di perumahan (BTN, red) sering menjadi rebutan bagi jamaah Wahabi. Namun dirinya ingin membuktikan bahwa Masjid di BTN itu harus terbebas dari paham-paham luar Aswaja Annahdiyyah.

“Kami sudah rancang program yang bisa meramaikan masjid ini,” tuturnya.

Tidak hanya sebagai sentral dakwah juga akan menjadi sentral pendidikan minimal Taman Pembelajaran Al Quran (TPQ) yang berbasis Nahdiyin. Para penghuni perumahan bisa mendaftarkan anak mereka belajar alquran dan ilmu agama lainnya.

“Ada juga program tilawah,” kata Dosen yang bertugas di Universitas Mandalika Mataram itu.
Dari aspek kegiatan ekonominya, Masjid Muhammad Bin Ibrahim itu akan dikembangkan baitul mal seperti konsep masjid besar lainnya.

Abdurrahman hanya meminta kerjasama semua pihak terutama penghuni perumahan supaya apa yang menjadi hajatannya itu bisa terlaksana dengan baik. Ia hanya meminta supaya mempercayakan penuh dalam pengelolaannya.(bersambung)

 

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *