LOBAR – Bupati Lombok Barat (Lobar) H Fauzan Khalid dan DPRD Lobar engan berpolemik panjang terkait tapal batas antara Lobar dengan Lombok Tengah (Loteng) yang kembali diungkit Pemkab Loteng. Bupati dan Dewan pun satu suara menganggap permasalahan tapal batas itu telah selesai dengan adanya Permendagri Nomor 93 tahun 2017 tentang batas daerah antara Kabupaten Lombok Tengah dengan Kabupaten Lombok Barat. Bahkan terkait dengan rencana Pemkab Loteng mengajukan yudisial review ke Mahkamah Agung (MA) atas Permendagri itu, Fauzan justru mempersilahkan. Sebab dari awal orang nomor satu di Lobar itu menyarankan Loteng untuk menempu jalur hukum jika tidak menerima hasil Permendagri itu.
“Sekali lagi bagi kami di Lombok Barat perbatasan ini sudah selesai dengan keluarnya Permendagri,” tegas Fauzan yang dikonfirmasi, Selasa kemarin (31/8).
Fauzan pun mengungkit perkataan Bupati Loteng H Moh. Suhaili FT yang pernah mengatakan untuk taat hukum menghadapi permasalah tapal batas itu. Sehingga dia mempersilakan Pemkab Loteng mengajukan yudisial review itu.
“Silakan itu kita dorong, tapi kalau sudah yudisial review kembali ribut lagi, ya bukan taat hukum namanya,” sentilnya.
Ditambahkan Anggota DPRD Lobar Fraksi PKS, Abu Bakar Abdullah sangat mendukung pernyataan bupati yang mempersilahkan Loteng menempuh jalur hukum jika tak puas dengan Permendagri itu. Serta menyerahkan semua mekanismenya melalui hukum.
“Itu hak dia (Loteng), Sah-sah saja jika mereka mau yudisial review. Itu lebih baik dari pada kayak beberapa waktu lalu mengklaim perbatasan terus mengkerahkan masa, itu bukan masanya lagi,” katanya.
Sebagai anggota DPRD Lobar sudah sewajarnya dia tetap akan mempertahankan aset Lobar. Namun dari pada berpolemik, Abu berpendapat ditengah kondisi pandemi lebih baik fokuskan energi membangun. Terlebih daerah Lombok yang potensi daerah di sektor pariwisata yang sudah bertaraf internasional. Sehingga ia melihat harusnya semua pihak legowo menerima Permendagri itu.
“Energi kita ini lebih baik kita fokus menata destinasi wisata, toh kita bertetangga. Biarkan kita menata apa yang menjadi tugas kita di Lobar dan kita juga membiarkan tetangga kita menjalankan kegiatannya, kan begitu,” sarannya.
Kata pria asal Gili Gede Sekotong itu mengatakan, konteks pariwisata di dalam satu daerah bukan saling bersaing. Lebih lagi pariwisata NTB sudah bertaraf internasional sehingga lebih wajar jika persaingan itu antar pariwisata dunia. Bahkan daerah lebih baik fokus mempersiapkan event superbike dan Motogp yang semakin dekat demi kembalinya pariwisata di tengah pandemi.
“Kalau bersaing itu dengan Viatname, bersaing itu dengan destinasi yang ada di dunia, kita kan (Loteng dan Lobar) antara kakak beradik. Kita fokuskan energi kita untuk menyiapakan event berskala internasional dengan cara positif,” pungkasnya. (win)
