APRESISASI: Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal dalam sambutannya di Lombok Barat Selasa (18/11) malam. (joni/radarmandalika.id)

MATARAM – Silaturahim Budaya yang digelar Alumni Jogja Lombok (Joglo) bersama budayawan nasional DR. Ngatawi Al Zastrouw di Rumah Budaya Ruang Tumbuh Merdeka, Labuapi, Lombok Barat, Selasa (18/11) malam berlangsung hangat. Antusias peserta dari pelabagai unsur ramai berdatangan.

Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal menyampaikan apresiasinya atas ruang diskusi budaya yang berlangsung itu. Menurutnya, forum semacam ini menjadi cara untuk kembali menyadarkan masyarakat tentang pentingnya budaya sebagai bagian dari jati diri. Momen tersebut sekaligus mengenang masa-masa perkuliahan Iqbal selama di Jogja.

“Saya senang sekali Mas Sastro bisa hadir bersama kita di sini untuk diskusi ringan. Hal-hal kayak gini membuat kita lupa siapa kita, jadi lupa baju lah. Nggak ada lagi gubernur, nggak ada lagi cover BPK, jadi teman-teman kumpul di sini kita diskusi-diskusi ringan,” ungkap gubernur dalam sambutannya.

Untuk NTB gubernur yang merupakan alumni Jogja itu menegaskan komitmennya untuk memperkuat pembangunan kebudayaan di daerah dengan membentuk Dinas Kebudayaan sebagai oraganisasi perangkat daerah (OPD) baru yang mulai beroperasi pada Januari 2026.

Iqbal menegaskan langkah pemerintah membentuk Dinas Kebudayaan merupakan upaya menghadirkan ruang kerja yang lebih fokus dan profesional dalam melestarikan serta mengembangkan budaya lokal. Ia mengakui bahwa selama ini urusan kebudayaan berada pada posisi yang kurang ideal karena hanya menjadi salah satu bidang di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

“Bagaimana ke depan kita bisa mengembangkan budaya di NTB, apalagi tahun depan InsyaAllah satu Januari resmi kita punya Dinas Kebudayaan. Terus terang sekarang saya nggak punya dinas kendaraan, nggak punya teman mikir, karena Dinas Kebudayaan itu sekarang hanya jadi kabid, salah satu eselon III di bawah Dikbud,” tegasnya.

Ia juga mengkritisi kondisi birokrasi sebelumnya, di mana fokus Dinas Pendidikan lebih banyak tersedot pada pengelolaan Dana Alokasi Khusus (DAK) proyek fisik, sehingga aspek kurikulum dan kebudayaan kerap terabaikan.

“Jangankan kebudayaan, wong pendidikan aja nggak dipikirin kok, karena semua mikirin DAK, lebih penting mikirin proyek fisiknya. Bener saya sadar akhirnya nggak dipikirkin yang namanya kurikulum itu, apalagi kebudayaan,” ucapnya.

Iqbal menuturkan bahwa ke depan seluruh urusan fisik, termasuk pembangunan dan renovasi sekolah, akan dialihkan ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). Sementara Dinas Pendidikan akan difokuskan sepenuhnya pada penguatan pendidikan, kurikulum, karakter, hingga persoalan sosial seperti bullying.

“Dengan sekarang kita pisahkan dinasnya, jadi satu dinas tersendiri. Semua urusan fisik nggak ada lagi di Dikbud, adanya sekarang di PUPR. Biar ini ngurusin pendidikan aja. Karena pendidikan itu sampai mampus nggak bakal selesai mikirinnya karena banyak sekali masalahnya, mulai dari bullying, ada karakter, pengajaran budaya,” jelasnya.

Diketahui Budayawan Nasional DR. Ngatawi Al Zastrouw memberi orasi kebudayaan. Dirinya melihat NTB mempunyai potensi yang besar dalam mengembangkan kebudayaan. Ia yakin dibawah kepeimpinan Iqbal Dinda, misi NTB Makmur Mendunia bisa dicapai salah satunya dengan pengembangan kebudayaan. Dikatakannya. Kebudayaan adalah jati diri. Maka seorang kepala daerah harus mengenal jati diri dalam membangun.

Budayawan yang lahir dari kalangan Nahdiyin itu menceritakan sepenggal kisah bangsa katak yang tidak bisa meniru bangsa ular. Bangsa ular dikenal cepat dan gesit berjalan. Sementara bangsa Katak hanya bisa loncat-loncat. Berbagai cara yang ditempuh bangsa Katak, ujung-ujungnya tidak bisa meniru cara lari bangsa ular.

Singkat kisah, 25 tahun mencoba meniru bangsa ular, bangsa katak tetap saja tidak meniru. Dari kisah itu, Mas Sastro begitu akrab dipanggil menyimpulkan satu bangsa yang tidak mengenal jati dirinya. Untuk tahu jati diri tidak lepas dari sejarah tradisi masa lampau.

Probelmnya hari ini, generasi banyak hanyut, tergerus, tenggelam dalam pusaran arus peradaban. Itu dikarenakan mereka tidak punya refrensi hidup. Tidak mengenal sejarah.

Dijelaskannya, sejarah mesti dipahami dalam tiga fungsi. Pertama sejarah sebagai rute peradaban satu bangsa.

Kedua, sejarah harus didudukkan sebagai refresensi hidup. Ketiga, sejarah harus dipahami bsebagai sumber pengetahuan.

“Orang ndak ngerti sejarah, ndak paham tradisi, maka orang iti ndak punya imunitas kultural odeologis,” ulasnya.

Tuan Rumah, Paox Iben Mudhafar meyakini pengembangan budaya NTB bisa mengantarkan kepepimpinan Iqbal Dinda menuju NTB Makmur Mendunia.

“Saya percaya Miq Iqbal kompeten membawa semboyan NTB Makmur Mendunia,” pungkasnya.

Diketahui kegiatan tersebut sekaligus menjadi momentum refleksi Hari Pahlawan, khususnya dalam menjaga nilai budaya sebagai identitas bangsa. (jho)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *