MATARAM – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar acara Temu Kemitraan Focus Group Discussion (FGD)
Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi menjelaskan FGD itu bertujuan untuk mendorong sinergi antara lima pilar utama dalam pembangunan NTB yaitu Pemerintah, Akademisi, Bisnis, Masyarakat, dan Media dalam menciptakan ekosistem inovasi yang lebih kuat, serta mempercepat proses hilirisasi riset yang dapat berkontribusi langsung terhadap kemajuan daerah.
“Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media sangat penting untuk menciptakan ekosistem inovasi yang dapat memajukan NTB,” terang Aryadi.
Melalui model Pentahelix ini, BRIDA berharap dapat mempercepat penerapan hasil riset di masyarakat dan sektor industri, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Tema FGD tersebut “Kolaborasi Pentahelix untuk Akselerasi Riset dan Inovasi Daerah”. Tema ini menegaskan bahwa kemajuan NTB tidak dapat dicapai oleh satu pihak saja, melainkan memerlukan sinergi aktif dari lima aktor utama.
Pertama Pemerintah (Pemprov NTB melalui BRIDA). Bertindak sebagai fasilitator dan regulator. Perannya adalah menciptakan kebijakan yang mendukung (evidence-based policy), menyediakan insentif fiskal dan non-fiskal, membangun infrastruktur riset (Science Techno Park), dan memastikan regulasi tidak menghambat inovasi.
Kedua, Akademisi (Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset). Berperan sebagai pembangun pengetahuan dan inovator. Mereka menghasilkan riset dasar dan terapan yang berkualitas. Tantangannya adalah menjembatani kesenjangan antara laboratorium dan pasar. Kolaborasi dengan bisnis dan pemerintah diperlukan agar riset menjawab kebutuhan riil industri dan masyarakat serta dapat dihilirisasi.
Ketiga, Bisnis/Dunia Usaha (Swasta dan BUMN/D). Berperan sebagai penggerak ekonomi dan mitra hilirisasi. Mereka menyediakan investasi, memahami kebutuhan pasar, dan memiliki kemampuan untuk mengkomersialisasi hasil riset menjadi produk/jasa yang bernilai ekonomi. Penyediaan insentif oleh pemerintah dan keterbukaan akademisi untuk berkolaborasi adalah kunci.
Keempat masyarakat/Komunitas: Berperan sebagai penerima manfaat dan co-creator. Masyarakat tidak hanya pasif menunggu hasil inovasi, tetapi dapat memberikan masukan tentang masalah yang dihadapi sehari-hari, menjadi mitra dalam uji coba produk, dan mengadopsi inovasi tersebut. Inovasi harus berujung pada peningkatan kesejahteraan dan kualitas pelayanan publik bagi mereka.
Terakhir Media. Berperan sebagai penguat opini publik dan penyebar informasi. Media bertugas mengkomunikasikan capaian, potensi, dan tantangan inovasi di NTB kepada khalayak luas. Publikasi yang baik dapat membangun optimisme, menarik investor, dan menciptakan akuntabilitas publik bagi para pemangku kepentingan.
Acara ini juga menghadirkan berbagai narasumber ahli, di antaranya Arya Wiguna yang menyampaikan pentingnya pelayanan publik sebagai hak dasar masyarakat, yang juga merupakan bagian dari hak sosial yang diatur dalam UUD 1945. Menurut Arya, pemerintah berkewajiban untuk menyediakan pelayanan publik yang transparan, akuntabel, dan berkualitas, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Salah satu poin utama yang dibahas dalam FGD ini adalah tantangan dan solusi terkait akselerasi riset dan inovasi di NTB.
Diketahui, salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah kesenjangan antara riset dasar dan riset terapan yang siap dipasarkan. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kerjasama antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan sektor bisnis untuk mengembangkan produk riset yang dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi daerah.
Dalam diskusi ini, BRIDA NTB juga memaparkan berbagai langkah strategis yang telah dan akan diambil, antara lain penguatan kebijakan berbasis bukti (evidence-based policy), penyusunan Roadmap riset daerah, serta penyediaan insentif bagi sektor bisnis yang mengadopsi hasil riset lokal.
BRIDA NTB juga menggandeng akademisi dan dunia usaha untuk mempercepat komersialisasi hasil riset, seperti yang telah dilakukan dalam beberapa sektor unggulan daerah seperti ketahanan pangan, energi terbarukan, dan pariwisata berkelanjutan.
Selain itu, BRIDA NTB juga menekankan pentingnya membangun infrastruktur riset yang dapat mendukung hilirisasi, salah satunya melalui pendirian Science Techno Park sebagai tempat bertemunya akademisi dan sektor bisnis untuk melakukan uji coba produk riset yang siap dipasarkan. Pentingnya sinergi Pentahelix ini, menurut para peserta FGD, adalah untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan inovasi dan teknologi di NTB. Dengan adanya kolaborasi yang lebih erat antara berbagai pihak, diharapkan NTB dapat meraih kemajuan signifikan dalam bidang riset dan inovasi, serta meningkatkan kualitas pelayanan publik yang berdampak positif bagi masyarakat.
Sebagai penutup, BRIDA NTB mengajak semua pihak untuk bersama-sama memastikan bahwa penghargaan “BRIDA Optimal” yang baru saja diraih bukan merupakan puncak pencapaian, melainkan fondasi yang harus terus dibangun dan dikembangkan untuk menciptakan NTB yang lebih inovatif, maju, dan berdaya saing tinggi di tingkat nasional maupun global.
Acara ini dibuka langsung oleh Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi dan dihadiri oleh berbagai stakeholders yang terdiri dari pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan masyarakat.
(jho)
