DORONG : Belasan massa aksi saat mendorong aparat keamanan yang berjaga saat minta masuk untuk menemui Bupati Lotim. (MUHAMAD RIFA'I / RADAR MANDALIKA)

LOTIM – Belasan massa aksi yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Menggugat (Alarm) Lombok Timur (Lotim) menggedor kantor Bupati Lotim, kemarin. Aliansi yang antara lain berasal dari PMII Cabang Lotim, KSPN, dan Ikatan Pemuda Muhammadiyah menyuarakan sejumlah tuntutan pada Bupati Lotim.

Salah satu orator massa aksi, Hadi Tamara dalam orasinya mengakui visi misi Bupati dan Wakil Bupati yang visioner. Namun menurutnya, belum ada dirasakan dampak dari visi misi itu. Sehingga aliansi mahasiswa dan pemuda, penggugat visi misi itu. Seperti di dunia kesehatan sekarang, tidak sedang baik baik saja. Banyak yang mengatasnamakan rumah sakit, tapi faktanya tidak layak menjadi rumah sakit, padahal layaknya menjadi klinik. Seperti Klinik Kuncup Bunga yang dinilai massa aksi merupakan tipe klinik, serta dituding membuang limbah medis secara sembarang.

Disinggungnya juga terkait WBS Kosmetik Nusantara yang bergerak di bidang kosmetik di Kecamatan Sakra. Keberadaannya meresahkan masyarakat karena memperjualbelikan kosmetik yang mengandung zat berbahaya seperti merkuri. Sehingga, ia mendesak Bupati dan Wabup, menutup permanen WBS Kosmetik Nusantara itu. Jangan sampai, ada korban baru pemerintah bertindak. “Kami minta Bupati turun mengatasi masalah itu. Kepala Dinas Kesehatan juga harus dievaluasi, karena tidak bisa memimpin Dinas Kesehatan,” teriaknya.

Selain itu, Bupati dan Wakil Bupati telah berjanji menuntaskan kasus korupsi. Tapi kenyataannya, korupsi merajalela, khususnya di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Lotim. Orator lain, Loli menyinggung kondisi Lotim dengan angkatan kerja cukup banyak, tapi tidak mampu ditampung dan tidak diimbangi dengan menyiapkan lapangan kerja.

Belum lagi Bupati Lotim telah menaikkan PBB. Padahal daya beli masyarakat yang anjlok, susahnya mencari pekerjaan. Belum lagi pendidikan sulit diakses. Demikian juga tidak terjadi pemerataan pendidikan di daerah ini.

“Kalau pembangunan terjadi di pusat kota, bagaimana kondisi pembangunan daerah di pinggir. Lotim punya segalanya, tapi pertanyaannya, pemerintah dinilai tidak mampu mengelola kekayaan daerah, kaya SDM dan SDA, tapi manajemen pemerintah tidak beres,” pungkasnya. (fa’i/r3)

Kordinator umum aksi, Yogi, mengatakan, Lotim saat ini tidak sedang baik-baik saja. Bukan Agustus harusnya menjadi sakral, justru dinodai oleh oknum yang malah melakukan dugaan tindak pidana korupsi. Ia menduga, Dikbud melakukan korupsi melalui pengadaan buku.

“Kejaksaan harus mengusut tuntas dugaan korupsi. WBS mendistribusikan produk yang mestinya tidak boleh beredar. Lalu apa yang dilakukan Dikes, jangan sampai Dikes hanya datang duduk dan diam tanpa melakukan kerja kerja yang serius,”pungkasnya. (fa’i/r3)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *