Kepala Brida NTB I Gde Putu Ariadi perlihatkan Batik Inkulif Karya SLB Jumat (04/07) di Mataram. (ist)

MATARAM— Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali menunjukkan komitmennya terhadap inklusivitas dalam pembangunan inovasi. Kali ini, BRIDA NTB menggelar kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan Inovasi Tahun 2025 dengan sasaran khusus Sekolah Luar Biasa (SLB) se-NTB.

Kepala BRIDA NTB, I Gede Putu Aryadi menegaskan pentingnya peran SLB dalam ekosistem inovasi daerah. Menurutnya, siswa disabilitas memiliki potensi besar untuk menciptakan karya inovatif yang tidak hanya inspiratif, tetapi juga bernilai ekonomis.

Kepala Bidang SLB NTB, Eva Sofia Sari menyampaikan rasa gembira dan bangga atas berbagai inovasi luar biasa yang telah dihasilkan oleh siswa-siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) di Nusa Tenggara Barat, khususnya di bidang kerajinan batik. Inovasi tersebut tidak hanya diakui secara nasional, tetapi juga telah menembus panggung internasional, salah satunya melalui kerja sama dengan Museum Negeri NTB. Bahkan, produk batik SLB NTB sempat dipamerkan di Arab Saudi dan menarik perhatian berbagai pihak.

Salah satu yang menonjol adalah Batik Sekardiyu dari SLB yang diminati dan digunakan sebagai pakaian dinas oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta serta dikenakan oleh Miq Gite, mantan Sekda NTB. Selain itu, Batik “Tau Daya” karya SLB 1 Lombok Utara, dengan motif masjid kuno, telah mendunia dan menjadi cenderamata khusus bagi Ibu Kapolri. SLB 1 Mataram juga mempersembahkan inovasi Batik Sasampat, sedangkan SLB Swasta di Lombok Timur mengembangkan Batik Rinjani.

Sebagai bentuk dokumentasi dan penghargaan atas karya anak-anak istimewa ini, Kepala Bidang SLB juga tengah menyusun dan menerbitkan sebuah buku berjudul “Batik Inklusi: Cerita dari Anak Negeri, Anak Istimewa SLB NTB.” Karya yang menyentuh jiwa ini tersirat setiap helai kain dalam buku ini adalah Mahakarya anak – anak istimewa SLB NTB dan bukti nyata seni tak mengenal batasan. Diharapkan, karya-karya inovatif ini dapat diintegrasikan dalam satu proposal vokasi batik untuk diajukan dalam ajang Innovative Government Award (IGA) 2025.

Dalam kegiatan ini, peserta dibekali dengan pelatihan penyusunan proposal inovasi, sekaligus didorong untuk menghasilkan karya nyata yang dapat diikutsertakan dalam ajang IGA 2025. “Kami ingin SLB tidak hanya menjadi penonton dalam pembangunan inovasi daerah. Justru dari tangan mereka bisa lahir karya yang orisinal, kontekstual, dan bermakna,” tegasnya. (jho)

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *