Oleh: HL Wirajaya S.Sos*
Banjir yang baru saja melanda Kota Mataram merupakan musibah. Mungin ini cara Allah mengingatkan kita semua supaya kita selalu mawas diri, menjaga lingkungan dan kebersihan.
Namun demikian sebagai unsur pemerintahan, saya ingin menyampaikan secara ilmiah, banjir di Kota Mataram disebabkan sejumlah factor. Antara lain curah hujan dalam yang kemarin memang tinggi dimana intensitas hujan yang kemarin melebihi kapasitas drainase sehingga air meluap ke permukaan jalan dan pemukiman.
Pada saat bersamaan kita melihat sistem drainase belum memadai mungkin karena kurang perawatan sehingga banyak drainase yang tersumbat sampah dan tidak mampu menampung dan mengalirkan debit air hujan secara efektif.
Selain itu banjir juga disebabkan topografi wilayah. Beberapa wilayah di Mataram berada di dataran rendah, sehingga rentan menjadi tempat penampungan air dari daerah yang lebih tinggi. Kondisi geografis ini membuat air sulit mengalir ke laut atau badan air lainnya.
Memang kita juga harus mengakui penyebab lainnya adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan menjadi salah satu penyebab utama penyumbatan saluran air. Ini menandakan bahwa masih kurangnya partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan sekitar turut memperburuk situasi.
Atas evaluasi ini, saya menyarankan solusi kedepan yaitu perlu perbaikan dan perluasan sistem drainase seperti lakukan normalisasi dan perluasan saluran drainase di titik-titik rawan banjir kemudian bangun sistem drainase modern dengan pompa air di kawasan rawan genangan.
Kemudian perlu dikembangkan pengelolaan sampah terpadu dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye anti-membuang sampah sembarangan, dan perkuat program bank sampah dan pembersihan rutin saluran air oleh Dinas Kebersihan dan OPD terkait.
Dalam jangka Panjang kita juga perlu mendorong peningkatan ruang terbuka hijau atau RTH dengan cara terapkan aturan wajib RTH minimal 30% sesuai UU Lingkungan Hidup dan rehabilitasi lahan-lahan kosong menjadi taman kota, biopori, dan sumur resapan.
Sedangkan untuk meningkatkan partisipasi Masyarakat perlu libatkan RT/RW dan komunitas lokal dalam program gotong royong membersihkan saluran air, kemudian buat kelompok sadar banjir (KSB) di tiap kelurahan sebagai ujung tombak mitigasi banjir.
Saya kira solusi kebijakan yang saya sampaikan ini melengkapi pikiran pemerintah. Kemarin Pak Gubernur mengidentifikasi tiga penyebab yaitu pendangkalan sungai, sampah, dan jembatan-jembatan yang berada di sepanjang aliran sungai masih terlalu rendah. Kedepan, kolaborasi pemerintah daerah dan DPRD harus terus kita perkuat untuk mencegah banjir yang sering berulang ini.
*Wakil Ketua DPRD Provinsi NTB