MATARAM – Di tengah penanganan Covid-19 secara masif oleh pemerintah. Namun masih saja ditemukan setiap hari banyak penambahan warga positif korona. Awal Juli ini, RSUD NTB dikejutakn dengan adanya pasien termuda positif Covid-19 yang dialami dua orang bayi berusia tiga dan empat hari. Asal Mataram dan Lombok Barat. Dua daerah ini merupakan daerah zona merah.
“Kedua bayi terkonfirmasi positif virus korona atau Covid-19 di NTB. Saat ini sedang mendapatkan perawatan intensif di RSUP NTB. Bayi-bayi itu diprediksi tertular oleh ibunya,” ungkap Direktur Utama RSUD NTB, dr H Lalu Hamzi Fikri kepada media di Mataram, kemarin.
Hamzi mengatakan, gejala yang dialami bayi asal Kota Mataram yaitu sesak nafas berat dan saat ini sudah berada di ruang isolasi.“Jadi kemarin, bayi kami terima ada yang empat hari yaitu lahir tanggal 2 Juli. Lahirnya spontan. Jenis kelamin perempuan. Dia memang mengalami asfiksia berat sesak nafas. Kita masukkan ruang isolasi bersama ibunya pada tanggal 2 Juli 2020 dan status dari bayi tersebut terkonfirmasi positif. Ibunya juga PDP terkonfirmasi positif. Bayi positif dan ibu positif,” bebernya.
Sedangkan gejala yang dialami bayi asal Kabupaten Lombok Barat tersebut sesak nafas serta pneumonia dan saat ini sedang dirawat di ruang NICU atau ruang perawatan intensif. Status positif Covid-19 yang dialami dua bayi tersebut berdasarkan hasil swab tes yang dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Berikutnya, RSUD juga mendapatkan pasien baru kembali bayi kedua umur tiga hari. Lahir 3 Juli 2020 dengan jenis kelamin perempuan juga. Dengan asfiksia berat dan pneumonia juga.
“Tadi yang pertama dari Kota Mataram. Kedua ini dari Mataram bayi yang kedua ini saat ini kita rawat di ruang NICU, ruang intensif. Ini kondisinya swab bayi hasilnya kita terima 4 Juli konfirmasi positif swab ibunya juga positif,” sebutnya lagi.
Dengan kasus baru yang terjadi, menurut Fikri pihak rumah sakit melakukan kajian mendalam. Dimana, kasus penularan Covid-19 pada bayi dan ibunya dinilai merupakan transmisi vertikal. Artinya, penularan yang terjadi dari ibu kepada anak yang dilahirkan.
“Ini sebenarnya kita masih perdalam lagi. Ada mengarah ke namanya transmisi vertikal. Tapi ini dokter spesialis anak yang akan banyak komentar kalau hanya bisa bicara berdasarkan data yang saya dapat,” ujarnya.
Dokter menerangkan, jika sampai saat ini pihaknya baru mendapatkan data Awal .”Ini baru kita dapat data awal ya, tapi ini perlu didalami lagi perlu penelitian lebih lanjut. Ada proses pemeriksaan yang perlu ditambah. Tapi kecurigaan kita ke transmisi vertikal,” ungkapnya.
Untuk memastikan apakah termasuk transmisi vertikal atau tidak, maka diperlukan kajian lebih jauh lagi terutama oleh dokter spesialis anak. Menurutnya, kondisi yang terjadi pada dua bayi asal Kota Mataram dan Kabupetan Lombok Barat tersebut cukup jarang ditemukan dan ini merupakan kasus baru di NTB.
“Kalau dibilang ini temuan baru, ini memang jarang kita temukan,” pungkasnya. (jho)