Seorang WNA China Diisolasi di RSUD NTB
MATARAM – Dua mahasiswa asal NTB, Dewi Pujut Putri Arerien asal Lombok Tengah dan Noval asal Cakranegara Mataram saat ini terjebak di Wuhan, Cina. Daerah yang saat ini tengah menyebarnya virus corona. Pihak keluarga berharap pemerintah bisa mengevakuasi anaknya ke daerah yang aman, bahkan jika memungkinkan agar dipulangkan saja.
“Sebaiknya dievakuasi ke daerah aman dan dipulangkan ke rumah Lombok,” pinta ayah Dewi Pujut Putri Arerien, Abdul Rahum saat dikonfirmasi Radar Mandalika, kemarin.
Keluarga besar tentu khawatir apalagi virus corona itu sangat berbahaya yang belum ditemukan obatnya, mengingat jenis virusnya baru. “Kita tidak tahu kondisi hari ke depan. Harapan kami ananda Puput disegerakan di evakuasi,” pinta Rahum lagi.
Penyebaran virus corona di Wuhan semakin mengkhawatirkan. Aktivitas penduduk setempat maupun pendatang yang tinggal di sana terbatas. Mereka diisolasi tidak dibiarkan keluarkan terekecuali kebutuhan mendesak. Puput sapaan akrab Dewi pun terjebak di dalam kamar satu minggu terakhir. Puput tidak bisa leluasa melakukan aktivitas seperti sediakala melainkan menetap di dalam kamar.
“Benar sekali tidak bisa keluar karena Wuhan dinyatakan di isolasi. Jadi dia di Kamarnya saja mengurung diri sejak seminggu,” ceritanya.
Keluarga sangat bersyukur kondisinya saat ini masih sehat. Kabarnya terus dipantau setiap tiga jam sekali. Namun yang menjadi masalah logistik mereka menipis. Puput sendiri tinggal satu kamar dengan temannya asal Kebumen, Jawa Tengah.
“Persediaan logistiknya sudah menipis. Logistik yang dia beli sebelum situasi seperti saat ini sudah menipis tinggal,” katanya.
Terpisah, mahasiswa asal NTB dari Lombok Tengah, Puput yang dihubungi Radar Mandalika mengatakan, kondisinya baik saja tetapi yang mengkhawatirkan kondisi di luar yang tidak kondusif sangat berbahaya jika keluar. Beruntung ia menyiapkan makanan untuk satu minggu kedepan. Tetapi Puput berharap agar bisa cepat dipulangkan.
“Kita di sini hanya berharap biar cepat dipulangkan. Virusnya makin parah kota ini diisoalias, ok kita dikasih bahan logistik masker, tapi kita di sisi bertahan sampai kapan. Penularan dari virus ini sangat cepat. Mudah banget buat menular ke orang ke orang. Denan cara ngomong nanti batuk itu juga bisa menyebar,” cerita Puput soal virus itu.
Dengan kondisi kota Wuhan itu, alat tranportasi tidak ada sehingga sangat susah untuk bepergian. Untuk membeli bahan makanan ada satu supermaket besar yang buka hanya sekali di sekitar tempat tinggalnya, tetapi keterseidaan barangnya cepat habis mengingat semua penduduk di sanan berbondong-bondong belanja. Akibat dari kondisi tersebut, semua harga menjadi mahal.
“Kami di sini juga mahasiswa dapat uang dari mana juga,” keluhnya.
Puput mengaku dia mendapatkan beasiswa Full Funded (beasiswa penuh). Setiap bulan diberikan sekitar 5 juta oleh pemerintah China. Di Wuhan ia bersama Awardee lainnya Noval yang berasal dari Cakranegara Mataram. Puput sendiri mengambil S1 Biotechnology di salah satu kampus di sana namun aktivitas kuliahnya belum dimulai karena masih kursus bahasa Mandarin selama satu tahun. Puput tinggal di Wuhan sekitar 5 bulan lebih.
Sementara itu, Komisi V DPRD NTB mendesak pemerintah daerah wajib hadir dalam kondisi seperti ini. Pemerintah harus menunjukkan sikap kepedulian mereka. Saat ini penduduk baik asli maupun pendatang tinggal merasa ketakutan. Orang dengan mudah meninggal akibat virus tersebut.
“Semua orang pendatang penduduk asli pun ketakutan, karena virus corona ini sangat dahsyat tidak butuh lama membuat orang meninggal,” kata Ketua Komis V DPRD NTB, TGH Mahalli Fikir dikonfirmasi terpisah.
Menurut Mahalli, selain Pemda, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) juga harus bisa mengambil satu sikap. Jangan sampai seperti informasi yang diterima komisi V bukan menjadi urusan LPP sebab sudah menjadi ranah pihak lain.“Adik mahasiswa hadir di sana mendapatkan pendidikan lewat mereka (LPP). Mereka tetap punya tanggungawab ketika adik-adik mahasiswa sedang ada masalah,” tegasnya.
Sementara itu, kabar mengejutkan dari RSUP Provinsi NTB. Informasi yang diserap Radar Mandalika seorang WNA asal China tengah diisolasi diduga terjangkit virus corona. WNA tersebut saat ini masih disolasi. Sumber yang enggan dikorankan namanya ini tidak begitu mengetahui persis kronololgisnya. Dia hanya mendapatkan informasi dari rekan perawatnya. Pasien itu masuk pagi (kemarin pagi).
“Saya nggak tau apa-apa karena saya hanya mahasiswa Profesi Nurse yang praktek di sana,” katanya polos.
Terpisah, Humas RSUP Provinsi NTB, Solikin membenarkan ada pasien WNA asal China yang saat ini sedang mendapatkan perawatan intensif di RS. Solikin berkelit ketika ditanya pasien itu terkena virus corona.
“Besok ada konfirmasi dari Diskominfo di kantor gubernur. Besok dikonfirmasi. Besok pagi dah ,” jawab Solikin singkat.
Tadi malam, informasi terbaru yang diterima Radar Mandalika bahawa WNA asal China yang dirawat di ruang isolasi RSUP itu datang ke Senggigi, Lombok Barat. Namun karena memiliki gejala demam, dan untuk mengantisipasi terpapar corona, dia kemudian memeriksa diri di RSUD NTB. Pihak rumah sakit kemudian merawat di ruang isolasi sesuai prosedur penanganan khusus.
“Insya Allah. Besok kami bersama ibu Kadikes konferensi pers terkait ini,” jawab singkat Direktur RSUP NTB, Lalu Hamzi Fikri. (jho/r1)