MATARAM – Jumlah pasien positif virus Corona atau Covid-19 di Kota Mataram saat ini masih tertinggi diantara kabupaten/kota terpapar di NTB. Karenanya, Wali Kota Mataram, H Ahyar Abduh mengaku tengah melakukan kajian terkait penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui tim kecil yang telah dibentuknya. PSBB diketahui mulai diterapkan di kota-kota besar seperti Jakarta untuk mencegah merebaknya Covid-19.
PSBB kata dia, bisa saja diterapkan di Kota Mataram. Dengan catatan, terlebih dahulu melakukan berbagai kajian secara mendalam. Sebab, banyak faktor yang menjadi mempertimbangkan untuk itu. Termasuk dampak yang akan ditimbulkan jika PSBB diterapkan. Apakah PSBB akan diusulkan untuk diterapkan ataukah tidak, tergantung hasil kajian dari tim kecil yang dibentuk Wali Kota.
“Saya sudah antisipasi. Jika mana tentu diperlukan (PSBB) dan itu ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Menurut saya kenapa tidak,” ujar dia, kemarin.
Dia mengatakan, upaya PSBB tidak serta merta bisa langsung diterapkan oleh kepala daerah dalam mencegah penyebaran wabah corona. Melainkan, perlu pertimbangan dan perhitungan mendalam secara cermat. Sejauhmana dampak penerapan PSBB yang ditimbukan, baik secara sosial maupun ekonomi. Tidak kalah pentingnya, sebut Ahyar, yaitu mengukur kemampuan daerah untuk menerapkan PSBB.
“Misalnya tidak mampu, itu justru akan kontra produktif. Yang kedua, tentu ada standar-standar, syarat-syarat untuk dilakukan PSBB,” ungkap Wali Kota Mataram dua periode itu.
Salah satu standar yang dimaksud, misalnya sejauhmana sebaran wabah virus Corona di Kota Mataram. Jika sudah mendesak, baru kemungkinan bisa diterapkan PSBB. Ia pun sudah meminta kepada tim kecil untuk melakukan kajian-kajian terhadap semua variabel terkait penerapan PSBB di ibu kota provinsi NTB. “Saya sedang suruh minta kajian-kajiannya baik dari aspek hukumnya maupun aspek-aspek kesiapan Kota Mataram dan aspek-aspek mana yang akan dilakukan pembatasan sosial berskala besar itu,” beber dia.
Berdasarkan data per 12 April 2020, jumlah kasus penderita corona di Kota Mataram sudah mencapai 22 orang. Rinciannya, sebanyak 19 orang masih menjalani perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Mataram maupun di isolasi RSUP NTB. Kemudian, 1 orang sudah dinyatakan sembuh dan 2 orang pasien meninggal. “Kita pahami bahwa Kota Mataram ini sebagai ibu kota (NTB). Tentu ada mobilitas tinggi dari warga Kota Mataram ini. Kalau saya lihat dari data-data pelaku perjalanan itu cukup besar di sini. Memang faktanya tertinggi di Kota Mataram,” terang Ahyar.
Sebagai kepala daerah, Ahyar tentu sudah mengantisipasi penyebaran Covid-19. Salah satunya mulai melakukan kajian terkait penerapan PSBB. Saat ini kata dia, masyarakat sebenarnya sudah mulai melakukan pembatasan-pembatasan. Fakta di lapangan, sebagian masyarakat sudah membatasi keluar masuk orang dengan memasang portal atau pembatas di lingkungan-lingkungan tempat tinggal.
“Masyarakat sudah mengambil inisiatif sendiri. Artinya, ada pembatasan-pembatasan mobilitas sosial. Bahkan, ada yang menutup gang-gang setiap orang yang akan masuk,” beber dia.
Berbagai upaya sudah dilakukan Pemkot Mataram dalam mencegah penyebaran Covid-19. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan bagi pengendara yang datang lewat tujuh pintu masuk Kota Mataram. Tapi belakangan, pos penjagaan atau pemeriksaan itu sudah mulai nampak longgar. Pantauan di lapangan kemarin siang, pengendara yang masuk ke kota tidak diperiksa seperti sebelumnya.
Kondisi demikian tak dibantah Ahyar. Karenanya, dirinya akan melakukan evaluasi terhadap upaya pemeriksaan di pintu masuk Kota Mataram tersebut. Sebab, penjagaan di pos-pos pemantauan atau penjagaan sudah mulai lengang atau longgar. “Saya akan evaluasi mana-mana yang aktif dan tidak,” janji dia.
Informasi yang dia terima dari Kepala Dinas Perhubungan Kota Mataram, M Saleh, bahwa pemeriksaan di pos penjagaan mulai kendor. Karenanya, dia meminta pemeriksaan di pos penjagaan harus tetap aktif dan ditingkatkan. Terutama di tiga pintu masuk, yaitu di jalan lingkar selatan atau Tembolak, Gerimax dan pintu masuk di Dasan Cermen. “Karena arus masuk ini yang besar itu dari tiga itu terutama. Kita penjagaannya itu mulai jam 08.00 (pagi) sampai jam 10 malam,” jelas Ahyar.
Begitu juga warga kota yang tiba dari luar daerah tetap dipantau, baik yang tiba di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid (BIZAM) maupun lewat Pelabuhan Lembar. Bahkan, sudah ada petugas yang berjaga di dua pintu masuk NTB tersebut. Tujuannya sama, yaitu mengantisipasi penyebaran wabah corona. “Sekarang ini Alhamdulillah setiap ada orang atau rombongan atau keluarga yang datang dari luar daerah, itu sudah dilaporkan ke Gugus Tugas. Kita langsung melakukan tindakan di situ. Sebelum masuk Kota Mataram, kita lakukan tes screening, tes kesehatannya,” ujar dia.
Jika hasil tes screening menunjukkan reaktif, apalagi positif, maka orang yang bersangkutan akan langsung ditangani oleh petugas. Sebaliknya, jika hasil tes kesehatan menunjukkan tidak ada gejala-gejala Covid-19, maka orang bersangkutan yang masuk ke kota tetap mendapat penanganan seperti isolasi. “Tapi sudah jelas, namanya siapa, tinggalnya dimana, ini juga dilakukan isolasi dengan pengawasan yang ketat,” tegas Ahyar.
Seluruh upaya pencegahan Covid-19 akan semakin diefektifkan. Baik penjagaan di beberapa pos pantauan pintu masuk Kota Mataram, tracking atau pelacakan terhadap siapa saja yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19, dan lain sebagainya. Sosialisasi-soialisasi kepada masyarakat tetap terus dilakukan. Jangan sampai kendor dalam upaya memutus mata rantai penyebaran wabah corona.
“Tingkatkan terus kewaspadaan karena kita belum tau wabah Covid ini sampai kapan akan selesai,” pinta Ahyar sembari memberikan apresiasi kepada aparat keamanan khususnya Polresta Mataram yang bertindak cepat dan tegas dalam membubarkan adanya kerumunan-kerumunan warga. Misalnya, sabung ayam yang terjadi belum lama ini.
Ahyar menilai, bahwa masyarakat perlu diedukasi terkait pencegahan wabah Covid-19. Namun, perlu juga dilakukan tindakan tegas terhadap masyarakat yang masih ngeyel dan “pagah” melakukan aktifitas yang dapat mengundang kerumunan massa. Karena tidak mentaati atau mengindahkan surat edaran atau imbauan-imbauan pemerintah. “Karena kita semua butuh sinergi. Butuh bersama, pemerintah maupun masyarakat untuk bersama-sama kita mencegah virus Covid-19 di Kota Mataram. Yang sampai dengan hari ini terus bertambah,” ungkap dia. (zak)