IST/RADAR MANDALIKA SEMANGAT: Sejumlah anak muda sekaligus anggota Bank Sampah Tras Hero Kayangan saat memilah sampah plastic di gudang penyimpanan, belum lama ini.

Langkah Buka Lapangan Kerja Pascagempa Bumi

 

 

 

Sebagai daerah wisata, di Kabupaten Lombok Utara sampah kerap jadi masalah. Namun kini menjadi perhatian para pemuda Desa Pendua, Kecamatan Kayangan. Di bawah naungan Bank Sampah Tras Hero Kayangan pemuda di sana menyulap sampah plastic menjadi rupiah.

AHMAD ROHADI-LOMBOK UTARA

TUMPUKAN botol, bungkusan snack, gelas plastik hingga sejumlah plastik lainnya numpuk di gudang belakang rumah Beti Rostika. Beti merupakan Bendahara Bank Sampah Tras Hero Kayangan yang ada di Desa Pendua, Kecamatan Kayangan.

Menariknya, bank sampah ini memiliki cara penanganan sampah yang berbeda dibandingkan bank sampah lainnya di Lombok Utara. Bank sampah ini beranggotakan anak-anak sekolah dan pemuda desa. Selain menuntaskan sampah, ini dihajatkan sebagai salah satu upaya membuka lapangan kerja pascagempa.

“Sekalian buat bantu uang sekolah anggota dari hasil ini,” tutur Beti.

dia menuturkan, bank sampah ini terbentuk melihat kondisi banyaknya pemuda di desa. Para pemuda ini kemudian diajak untuk mencintai lingkungan melalui pengumpulan sampah. Mulai dari benda rongsokan, botol, dan sampah plastic lainnya.

Sampah yang dikumpulkan kemudian dijual dan menghasilkan rupiah yang cukup besar. Bank sampah ini sengaja merekrut pemuda dan remaja untuk membangun kesadaran terhadap pentingnya menjaga kebersihan.

“Mereka sekolah kan sampai jam 2, ketimbang hanya sekadar bermain kenapa tidak sekalian melakukan hal berguna dan baik untuk diri mereka,” sambungnya.

Awalnya, mereka menitipkan karung di beberapa toko, kios, dan warung di Desa Pendua. Hal ini sengaja dilakukan, mengingat banyaknya pembeli yang mengkonsumsi langsung belanjaannya di depan lokasi tersebut. Setelah karung itu penuh, anggota bank sampah akan menjemput dan mengganti dengan karung baru.

“Kalau kita sistem penjemputannya di setiap hari Minggu. Karena memang kebanyakan teman-teman pengurus Bank sampah ini masih sekolah dan kuliah, cuman saya yang tidak sekolah karena ibu rumah tangga,” beber Beti.

Selain di toko, bank sampah Tras Hero Kayangan ini juga berkeliling ke rumah-rumah warga. Para anggotanya yang masih muda ini juga mengajarkan warga cara memilah sampah. Bahkan, banyak masyarakat yang sadar memilah sampah dan mengantarkan langsung ke gudang bank sampah, tanpa menunggu dijemput.

Beti memiliki sebuah gudang yang digunakan untuk menampung sampah tersebut. Pemilahan dilakukan pada malam hari mengingat kondisi yang cukup panas di siang hari. Luas gudang tersebut sekitar 4 meter lebih. Itu bisa menampung sampah hingga sebesart 4 ton lebih.

Dimana, sampah plastic tersebut dikumpulkan selama tiga bulan dalam gudang. Baru kemudian dijual ke Kota Mataram. Harga jualnya pun terbilang lumayan, tergantung jenis plastic. Misalnya seperti gelas plastic dihargai Rp 7.000 per kilogramnya.

Sedangkan plastic yang tidak bisa dijual akan diolah menjadi ekobrik. Seperti tas kresek, platik sisa makanan jajan anak, dan sejenisnya. Sedangkan botol-botol diubah menjadi kursi hingga meja.

“Anak anak yang gabung dalam hal ini awalnya ada 15 tapi yang masih aktif itu hanya 7 orang karena sebagian sekolah,” katanya.
Menurut Beti, kehadiran bank sampah ini memberikan keuntungan pada pemuda dan anak remaja di Desa Pendua. Sebab selain menambah uang jajan, juga bisa membantu keperluan sekolah mereka. Hasil penjualan sampah tersebut dibagi rata pada semua anggota seusai penjualan. Ini tentu juga menjadi motivasi mereka untuk menjaga dan mencintai lingkungannya.

“Karena tujuan utama kita membuat bank sampah ini supaya bisa untuk membantu biaya pendidikan mereka,” pungkasnya.(*)

 

 

By Radar Mandalika

Mata Dunia | Radar Mandalika Group

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *