Awal Jamur Timar, Sekarang Lebih Mudah dan Menguntungkan
Bisnis budidaya jamur tongkol jagung kian menjanjikan. Warga pun mulai berbondong-bondong mengeluti usaha baru ini. Lebih lagi bagi warga di Dusun Perendep Desa Bunut Baok, Kecamatan Praya. Seperti apa?
KHOTIM-LOMBOK TENGAH
GELIAT ekonomi masyarakat mulai terus dilakukan, dengan minimnya lapangan pekerjaan dan tingginya biaya hidup saat ini, tidak membuat warga Desa Bunut Baok, Kecamatan Praya Kabupaten Lombok Tengah ini habis akal memburu rupiah. Upaya kreatif dan inovatif menghasilkan sumber uang baru di tengah masyarakat. Budidaya jamur tongkol jagung disebut warga.
Pembudidaya jamur tongkol jagung, Sodri menceritakan, dia sebelumnya melihat kakaknya yang sedang menjalankan usaha jamur tiram sebagai sampingan, sementara hasil pun tidak memuaskan. “Kalau saya bertekat, saya fokus usaha jamur supaya dapat berkembang,” tuturnya kepada wartawan radarmandaika.id.
Dijelaskannya, adapun jumlah produksi yang belum begitu banyak, sementara permintaan pasar tinggi dengan ketersediaan jamur yang sedikit membuatnya harus menelurkan ilmu budidaya jamur kepada kerabat dan keluarganya di dusun setempat.
Dia yang merupakan orang yang pertama menggeluti jamur ini di Dusun Perandap, Desa Bunut Baok mengaku menggunakan tongkol jagung sebagai media penumbuhan, jamur memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan menggunakan jerami mengingat hasil jamur yang akan tumbuh dapat dikategorikan sama.
“Tonggol jagung ini banyak dan kelebihan panen tongkol jagung hingga sebulan, kalau jerami hanya 15 hari, ” bebernya.
Sedangkan tongkol jagung ini tidak sulit diperoleh warga. Biasanya dia memesan di gudang besar jagung Lombok Timur, minimal pembelian satu truk untuk dapat diantarkan ke tempat.
Sementara pasar yang saat ini yang sudah dijangkau yakni beberapa pasar besar di Lombok Tengah dan luar Lombok Tengah. Estimasi ukuran lokasi budidaya dengan 1,30 meter dengan metode dua rak susun, makan itu dapat menghasilkan dari 60 kilogram, hingga 70 kilogram baik dari awal panen hingga non produktif, per kumbung (per rak produksi, red).
Adapun modal akumulasi hingga siap panen menghabiskan sekitar Rp 700 ribu hingga 800 ribu. Dengan proses pertumbuhannya dari sekarang diracik dan normalnya panen 2 minggu kedepan, bagi yang tidak normal hingga sebulan tergantung juga pada cuaca juga berpengaruh maupun tongkolnya, mengingat tongkol jagung yang baru dipanen juga kurang bagus. Tongkol jagung ini dibiarkan agak lama dulu agar pertumbuhan jamurnya bagus.
“Kami harap dan mengajak yang lain untuk sama-sama memulai budidaya ini,” ajaknya.
Tapi sayang, belum mau dibeberkan berapa keuntungan dari hasil budidaya jamur tongkol jagung ini. “Pasti ada untung, lumayan,” singkatnya.(*)