Target Masuk Tiga Besar, Yakin Tidak Ada Tidak Bisa
Komisi Informasi (KI) Provinsi NTB kini di kendalikan nahkoda baru. Ketuanya, Suaeb Quri yang dilantik Wagub NTB, Hj Sitti Rohmi Djalillah, Kamis pekan lalu.
JHONI SUTANGGA-MATARAM
KI salah satu lembaga yang bertugas menjalankan dan mendorong keterbukaan informasi publik sesuai amanat UU No 14/2008 tentang keterbukaan informasi publik. Sekarang lembaga ini dipimpin pria dari Timur NTB, sebut saja Suaeb Quri namanya.
Pria yang lahir 11 Juni 1975 silam ini, orangtuanya berprofesi sebagai nelayan di Dompu. Namun langkah Suaeb perlahan makin cemerlang. Aktivis ternama di NTB ini dikenal murah senyum dan apa adanya.
Suami dari Sri Ratna Muslihani itu sekarang dimandatkan memimpin KI provinsi NTB. Tentu sebuah tanggung jawab yang tidak ringan di tengah kondisi keterbukaan informasi di NTB masih di posisi cukup informatif.
Sebelumnya, aktivitas Suaeb baragam. Namun ia dikenal sebagai salah satu kader militan NU yang sering mangkal di kantor PW NU NTB. Maklum saja Suaeb dimandatkan sebagai Ketua PW Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU NTB. Namun kini sebagai pejabat public dan dinantikan tugas dan tantangan baru.
Dimana, hari ini (kemarin) adalah hari keempat masuk kantor. Sudah beberapa jadwal yang harus ia isi. Kemarin Suaeb menerima kunjungan Wakil DPRD NTB, Mori Hanafi dilanjutkan dengan bersilaturahmi ke Kantor PW GP Ansor NTB.
“Semuanya dijalankan dengan sungguh sungguh saja dan bekal pengalaman yang kita miliki, semua pengalaman hidup di politik dan NGO juga menjadi modal (di KI),” kata mantan Ketua Gerakan Pemuda Ansor (2010-2014) NTB itu.
Duduk di KI harus memiliki target katanya. Suaeb menargetkan NTB harus masuk daerah tiga besar Informatif. Mungkin hal itu tidak mudah tanpa kerja keras dan perencanaan yang matang dan tepat sasaran. Tidak kalah lagi harus dijalankan secara tim work. Namun bagi pentolan aktivis PMII itu diyakininya bisa dilakukan.
“Memperkuat jejaring media sosial dan mendorong OPD untuk lebih inovatif membangun brending keterbukaan informasi,” tegas Suaeb.
KI memang menjadi ujung tombak keterbukaan informasi di daerah. Posisi KI selama ini belum sebanding dukungan dana hibah yang harus diterima. Apalagi saat ini pandemi Covid-19 anggaran daerah banyak tersedot (refocusing) untuk penanganan Covid-19. Namun kini dia sudah punya trik tersendiri.
“Walau dengan anggaran belum memadai tapi KI NTB harus bisa membagun harmoniasi dan sosialisasi penguatan kapasitas Keterbuaan informasi dengan OPD agar memaksimalkan peran dan keikutsertaan masyarakat dalam kertubukaan informasi,” ulas bapak tiga anak itu.
Gigih, cekatan dan pantang mundur memang menjadi prinsip hidup bapak dari Syakilan Sunny Qury itu. Bagi Suaeb dalam berkarier tidak ada yang tidak bisa dilakukan selama dijalankan dengan sungguh-sungguh. Prinsip hidupnya sekali berlayar terbentang pantang menyerah, walau itu hujan dan angin badai melanda.
“Itu spirit hidup yang diajarkan oleh orang sebagai anak nelayan teluk saleh,” tuturnya.
“Buat keluarga tidak ada perjuangan tanpa ada kesungguhan dan doa keluarga khususnya kedua orang tua. Dan apa pun masalah hidup yang menerjang harus dishering dan dibangun secara harmoni,” pesannya.
Sementara itu kader Muda NU, Yusuf Tantowi juga mengulas banyak hal tentang sosok Suaeb. Jabatannya KI yang didudukinya merupakan kekuatan doa dari para sahabat. Hal itu dilihatnya dari ucapan selamat terus bermunculan di laman FB yang berasal baik dari junior atau senior. Belum yang menyampaikan doa selamat melalui group WA lembaga dan badan otonom (Banom) Nahdlatul Ulama. Pada hal pengumuman hasil test calon anggota Komisi Informasi Publik (KIP) NTB keluar 26 Februari dan pelantikan 4 Maret lalu. Sekilas itu menunjukkan luasnya pertemanan dan persahabatan Suaeb. Itu juga sebagai bentuk apresiasi publik kepada Suaeb untuk memimpin lembaga daerah itu.
Saat Suaeb diketahui mendaftar sebagai calon anggota KIP NTB, harapan agar ia terpilih menjadi anggota KIP juga kerap ia dengar dari para sahabat yang disampaikan melalui pertemuan langsung atau tidak langsung. Ada malah yang memanggilnya dengan sebutan Ketua KIP NTB, padahal saat itu test tulis saja belum. Apa lagi jadwal testnya berkali-kali diundur oleh tim seleksi dengan alasan bahaya penularan virus covid-19.
“Doa dan dukungan yang cukup luas dari para sahabat itu tentu bukan permintaan dia. Kalau pun ada niat seperti itu betapa repotnya meminta doa dan ucapan selamat selama sekian hari. Itu murni dihajatkan sebagai doa dan support dari para sahabatnya,” katanya.
Menurut Tantowi, berangkat dengan keyakinan dan kepercayaan akan kekuatan doa itu lah, beberapa hari sebelum pemilihan kandidat anggota terpilih oleh anggota Komisi I Bidang Pemerintahan, Hukum dan HAM DPRD Provinsi NTB, Suaeb pulang kampung ke Kempo untuk meminta doa restu dari kedua orang tua yang bekerja sebagai nelayan. Ia juga mengundang keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat di kampung untuk mengikuti zikir doa agar lancar dan lolos sebagai anggota KIP.
Usaha dan do’a para sahabat- sahabat, kedua orang tua dan keluarga ternyata dikabulkan oleh Tuhan. Tak disangka namanya berada pada nomor urut satu pada pengumuman hasil rapat Komisi I DPRD NTB yang dilakukan Jum’at, 26 Februari 2021. Posisi nomor urut satu itu membuka kesempatan baginya terpilih menjadi ketua KIP NTB 2021-2025.
Tantowi juga mengulas lebih detail latarbelakang organisasi Suaeb jauh sebelum dilantik menjadi Ketua KIP NTB. Karir organisasi Suaeb dimulai dengan menjadi anggota organisasi mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Mataram ketika kuliah di STAIN Mataram – kini telah menjadi UIN Mataram. Ia mulai dikenal ketika menjadi ketua cabang PMII Mataram tahun 2000-2001. Pada waktu ia kerap melakukan aksi demo menyikapi berbagai isu nasional dan daerah. Sejak itu ia juga mulai belajar nulis opini dan artikel di media cetak lokal yang terbit di Mataram.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Syariah STAIN Mataram, dia mengikuti jejak seniornya asal Bima, H Muhammad Lutfi untuk menjadi pengurus PB PMII di Jakarta selaku perwakilan NTB. Lutfi saat itu sedang menjadi anggota DPR RI dari Partai Golkar dapil NTB. Saat ini HM Lutfi menjabat sebagai Wali Kota Bima. Suaeb mengadu nasib di Jakarta selama 5 tahun menjadi pengurus PB PMII dari tahun 2003-2007.
Selang tiga tahun setelah balik dari Jakarta, Suaeb terpilih sebagai calon Ketua PW GP Ansor NTB periode 2010 – 2014 mengganti L. Aksar Ansori yang telah menjadi Ketua PW GP Ansor NTB dua periode. Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor saat itu dipimpin oleh Nusron Wahid dua periode juga. Sekarang L.Aksar Ansori sebagai sekretaris PW NU NTB dan mantan Ketua KPU NTB.
Selesai menjadi Ketua PW GP Ansor NTB, Suaeb mencoba masuk partai politik. Partai pertama yang dimasuki tidak jauh dengan partai NU, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang saat itu dipimpin oleh alm TGH. Ahmad Taqiuddin Mansyur, Bonder, Lombok Tengah. Sering bertemu dengan mantan ketua PWNU NTB itu dan sering datang ke Bonder, Suaeb malah kepincut dan menikah dengan keponakan TGH.Taqiuddin, Ihan Qury yang kini telah memberinya 3 orang putra-putri, SyakilanSunny Qury, Zayin Ansory Qury dan Ziyan Arkan Qury.
“Saya ingat setelah pulang merantau dari Jakarta, Suaeb kembali tinggal sama kita di kantor Yayasan Humanies Studies (YHS) di Pelita, Dasan Agung, Mataram. Kebawa bahasa Jakarta, pakai bahasa lu dan gue kalau ia ngomong sama kita. Saya sering lihat dia bangun tengah malam untuk saat tahajud. Setelah ia memutuskan kawin, baru saya ngerti rupanya salat tahajud itu dimaksudkan minta petunjuk dan doa agar dimudah untuk melamar gadis asal Bonder itu. Apa lagi beredar informasi gadis-gadis Lombok Tengah mahal-mahal,” ceritanya sambil canda.
Waktu konflik berlarut-larut DPP PKB antara kubu Gus Dur sebagai ketua dewan syuro dan Muhaimin Iskandar selaku ketua, Suaeb menyebrang masuk Partai Demokrat (PD) NTB yang dipimpin oleh TGH Zainul Majdi yang saat itu juga menjabat Gubernur NTB. Melalui PD, dia sempat mencalonkan diri sebagai anggota DPRD NTB dapil Dompu-Bima tapi gagal.
Salah satu pembeda, sekaligus menjadi kelebihan Suaeb dengan alumni PMII dan kader-kader muda NU NTB yang lain adalah, keterampilan menulis yang latih sejak masih mahasiswa dan aktivis PMII Cabang Mataram. Apa lagi dia juga termasuk telaten mengarsip dan mengkliping tulisan-tulisan opini yang terbit di koran-koran lokal.
Wajar kalau kemudian dia bisa menerbitkan beberapa buku kumpulan artikel. Di antaranya, “Hitam Putih Ansor NTB”, buku tentang kepemipinan TGH.Zainul Majdi selama menjadi Gubernur NTB dua periode dan buku Ahyar Abduh, mantan Walikota Mataram.
Katanya, satu pernyataan yang diingat Tantowi dari Suaeb ketika menjadi narasumber Madrasah Literasi Digital NU (Maridinu) Ke-1 yang diadakan oleh Lembaga Ta’lif Wan Nasher (LTN) NU Lombok Tengah.
“Kemampuan menulis itu bukan hanya membuat kita akan terbiasa dan terstruktur menyampaikan pikiran, ide dan gagasan kita, tapi menulis juga bisa membuat kita kaya,” katanya.
pascadilantiknya Suaeb sebagai ketua KI NTB melengkapi cita-cita tiga orang sahabat dekat sejak menjadi anggota PMII Mataram untuk menjadi pejabat publik. Tiga orang sahabat itu, Husni Abidin, kini ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Mataram, Akhdiansyah yang akrab dipanggil Yonq atau Guru Toi Akhdiansyah II yang menjadi anggota DPRD NTB dari PKB dan Suaeb, Ketua KIP NTB.
Dari tiga sahabat yang kadang bersaing dan akrab, ini hanya Husni Abidin yang tidak pernah menjadi Ketua PMII Cabang Mataram. Setelah Suaeb selesai menjadi ketua PMII Mataram, Yonq dan Husni bersaing merebut ketua PMII Cabang Mataram. Pemenangnya Yonq. Tiga orang ini juga pernah menjadi anggota dan caleg dari PKB.
“Perjalanan Suaeb sebagai ketua KI NTB ini kita bisa belajar arti perjuangan, kegagalan, persahabatan, organisasi dan ketekunan dalam berjuang. Dan jangan lupa kekuatan doa para sahabat yang menyampaikan dukungan dan doa agar lolos mengikuti seleksi calon anggota KI NTB. Alam pun berkonspirasi membukakan jalan sehingga apa yang citakan terkabul,” ungkap Koordinator Mitra Strategic NTB itu. (*)