LOBAR—Pupuk bersubsidi di Lombok Barat (Lobar) mulai langka mendekati musim panen. Kondisi ini pun mengkhawatirkan para petani karena akan mengancam panen. Belum lagi di 2021 ini harga eceran pupuk bersubsidi akan naik.
Salah satu ketua kelompok tani di Sekotong Tengah, Lalu Bambang Samudra mengatakan, kelangkaan belum lama ini terjadi. “Saat ini petani sedang membutuhkan pupuk untuk tanaman padi. Kami khawatir kalau tidak ada pupuk, terjadi gagal panen,” ujar, kemarin.
Ia berharap ada langkah strategis yang diambil pihak terkait dalam mengatasi persoalan ini. Hal senada diungkapkan, Ketua Kelompok Tani Dusun Sekotong dua, Lalu Budiadi. Ia menyebutkan jika saat ini padi tidak dipupuk, akan mengakibatkan pertumbuhan padi tidak maksimal. “Kami sangat berharap agar instansi terkait memperhatikan kebutuhan pupuk untuk para petani,“ harapnya.
Kelangkaan pupuk itu membuat heran Ketua Kontak Tani dan Nelayan (KTNA) Lobar, Hj Nurhidayah. Karena kelangkaan saat akhir tahun terus terulang, dan menjadi persoalan klasik. Belum lagi, alasan dan penyebab kelangkaan selalu sama setiap tahun. Mulai cuaca buruk, hingga telat pendistribusian dari pabrik yang lambat. “Ini-ini saja alasan klasik kelangkaan pupuk,” kritik Ketua DPRD Lobar itu.
Padahal bicara cuaca, ia menilai tidak terlalu buruk kondisi saat ini. Sehingga kecurigaan ada mafia pun terlintas. Akibat kelangkaan itu para petani di Lobar terpaksa banyak membeli ke luar daerah, padahal itu tidak boleh. Karena petani mengusulkan kebutuhan pupuk seusai dengan RDKK. Namun tidak pernah cukup. “Belum lagi panjangnya rantai penyaluran. Memang tidak apa-apa rantai penyaluran panjang, yang penting stok pupuk tersedia di lapangan,” ujarnya.
Politisi Gerindra itu juga menilai kebijakan pemerintah terkesan sewenang-wenang dalam menentukan harga pupuk. Karena selama ini kenaikan harga pupuk tanpa mendengar adanya masukan para petani.
“Ini sudah kebijakan kenaikan harga pupuk, tidak ada kordinasi dengan pemerintah daerah,” keluhnya.
Pihaknya mendorong agar pemerintah pusat segera mendistribusikan pupuk kepada pemerintah daerah. Sehingga bisa segera disalurkan kepada para petani.
Sementara itu Kepala Bidang Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Dinas Pertanian Lobar Mawardi tak menampik kelangkaan pupuk subsidi di wilayah Lobar. “Ini (limit) pupuk terjadi di seluruh daerah Lobar, termasuk Loteng juga. Mudahan awal Januari ini bisa turun, karena stok semua sudah didistribusikan,” ungkapnya, kemarin.
Terkait kenaikan harga eceran tertinggi (HET) pupuk, ia tak membantahnya. Meski kenaikannya sedikit. Hal itu sesuai pasal 12 pada Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) nomor 49 tahun 2020 tentang alokasi dan harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi tahun 2021.
Menerangkan terdapat kenaikan HET beberapa jenis pupuk bersubsidi tahun 2021. Diantaranya, pupuk jenis urea HET sebelumnya Rp 1.800 per kg naik menjadi Rp2.500 per kg. Kemudian pupuk jenis SP-36 Rp450, HET sebelumnya Rp2000 naik menjadi Rp2.400. Terdapat kenaikan Rp 400. Lanjut Jenis pupuk ZA naik Rp300, dari harga sebelumnya Rp1400 menjadi Rp1700 per kilogram. Dan jenis pupuk organik granul, HET sebelumnya Rp500 per kilogram menjadi Rp 700 per kilogram. Terdapat kenaikan sekitar Rp300. Sedangkan jenis pupuk NPK tidak mengalami kenaikan harga. (win)