JAKARTA–Direktur Pemasaran Pariwisata Regional I (Asia Pasifik) Kemenparekraf/Baparekraf, Wisnu Sindhutrisno, menjelaskan Kemenparekraf/Baparekraf terus fokus mempromosikan pariwisata berkelanjutan di Indonesia. Beberapa program unggulan yang didorong antara lain Desa Wisata dan Gastronomi, yang mengedepankan konsep ramah lingkungan dan berbasis budaya lokal.
Hal disampaikan di sela sela acara Wonderful Indonesia Tourism Fair di Hotel Swissotel, PIK, Jakarta, Kamis (3/10).
Pasar Asia Pasifik menurutnya menjadi penyumbang terbesar wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia setelah pandemi.
Wisnu menyebutkan bahwa lima negara dengan jumlah wisatawan terbesar berasal dari Malaysia, Australia, Singapura, India, dan Tiongkok. Di antara kelima negara tersebut, Malaysia menempati posisi pertama. Wisatawan dari Malaysia tertarik dengan destinasi wisata halal, dan Lombok, sebagai bagian dari Nusa Tenggara Barat, memiliki berbagai fasilitas yang mendukung wisata halal, seperti seribu masjid dan destinasi bebas karbon di Gili.
Lombok juga telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi super prioritas. Wisnu menegaskan Lombok memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, terutama bagi pasar wisatawan dari Malaysia dan Timur Tengah. “Lombok bisa menjadi ‘Bali baru’, dengan daya tarik pantai yang masih asri dan destinasi wisata seperti Mandalika yang siap menyambut wisatawan,” ujar Wisnu di dampingi Ketua BPPD NTB, Sahlan M Saleh.
Peningkatan Konektivitas dan Amenitas di Lombok
Kemenparekraf berkomitmen untuk terus meningkatkan konektivitas menuju Lombok, baik melalui penerbangan domestik maupun internasional. Wisnu menyebutkan saat ini pihaknya sedang melobi beberapa maskapai penerbangan dari Timur Tengah dan Asia Pasifik untuk menambah frekuensi penerbangan ke Lombok.
“Kami juga mendorong antar kementerian agar memberikan relaksasi visa bagi wisatawan asing untuk mempermudah mereka berkunjung ke Indonesia,” tambahnya.
Masih menurut Wisnu, Lombok saat ini sudah memiliki infrastruktur yang hampir lengkap untuk menyambut wisatawan, baik dari sisi konektivitas, amenitas, maupun atraksi. Namun, yang menjadi prioritas adalah penambahan pusat-pusat Desa Wisata dan peningkatan fasilitas wellness tourism. Tren pasca pandemi menunjukkan bahwa wisatawan lebih memilih tinggal di akomodasi yang dekat dengan alam, seperti homestay di desa-desa wisata.
“Kami akan terus mendukung pembukaan desa wisata baru dan meningkatkan atraksi wisata yang ada, agar wisatawan dapat menikmati pengalaman yang lebih lengkap dan memperpanjang masa tinggal mereka di Lombok,” kata Wisnu lagi.
Atraksi Budaya dan Kalender Event Nasional
Selain konektivitas dan amenitas, atraksi menjadi salah satu kunci untuk menarik wisatawan lebih lama di Lombok. Wisnu menyebutkan event besar seperti MotoGP di Mandalika hanya berlangsung pada bulan September, sehingga diperlukan kegiatan lain untuk menarik wisatawan sepanjang tahun. Oleh karena itu, Kemenparekraf mendorong agar lebih banyak event kebudayaan di kota-kota dan kabupaten di Lombok masuk dalam Kalender Event Nasional (KEN).
Kemenparekraf telah mengkurasi lebih dari 4.000 event di seluruh Indonesia, dan menargetkan 50 event yang akan dimasukkan ke dalam kalender nasional. “Atraksi berbasis budaya akan menjadi salah satu strategi untuk mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke Lombok dan daerah lainnya,” jelas Wisnu. (red)