BERJALAN: Seorang siswi berseragam SMP hendak pulang melewati jembatan gantung di Kota Mataram, sebelum terjadi pandemi Covid-19.

MATARAM – Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram melalui Dinas Pendidikan (Disdik) belum berani melakukan simulasi atau uji coba pembelajaran tatap muka. Khusus di sekolah jenjang SD dan SMP sederajat yang menjadi kewenangan Pemkot. Karena berbagai petimbangan .

Kepala Disdik Kota Mataram, H Lalu Fatwir Uzali mengungkapkan, simulasi pembelajaran tatap muka belum bisa digelar di jenjang SD dan SMP. Mengingat Kota Mataram masih dalam suasana pandemi Covid-19. Meskipun penyebaran virus corona di ibu kota Provinsi NTB semakin melandai.

“Kita tunggu saja sampai betul-betul Kota Mataram masuk ke zona kuning atau hijau. Baru kita akan mempersiapkan simulasi dan segala macamnya,” kata dia, kemarin (15/9).

Sementara diketahui, simulasi pembelajaran tatap buka di jenjang SMA, SMK, SLB, sudah dilaksanakan mulai 14 September 2020, oleh Provinsi NTB. Kebijakan ini ditanggapi dingin oleh Fatwir. Yang jelas, pihaknya belum berani mengadakan simulasi di sekolah yang menjadi kewenangan Pemkot. Seperti halnya dengan kebijakan yang diambil Pemprov.

“Kalau masalah di provinsi itu kebijakan, silakan saja. Kita tidak mempermasalahkan itu (simulasi belajar tatap muka). Toh juga segala sesuatunya diorganisir di provinsi,” cetus dia.

Simulasi pembelajaran tatap muka di jenjang SMA sederajat tidak mesti harus diterapkan di jenjang SD dan SMP. Menurut Fatwir, anak-anak usia SD dan SMP belum bersikap dewasa dan sulit diatur di tengah suasana pandemi sekarang. Sehingga dikhawatirkan penerapan protokol kesehatan Covid-19 akan sulit di-implementasikan.

Berbeda katanya dengan anak-anak SMA sederajat yang sudah dewasa dan sudah memiliki pemahaman dan kesadaran bagaimana mencegah penyebaran pandemi. Serta bisa diatur untuk menerapkan protokol kesehatan di tengah suasana pandemi. Baik itu jaga jarak, berkerumun, dan lain sebagainya.

Sementara sambung Fatwir, penerapan protokol kesehatan oleh anak-anak SMA sederajat tidak dapat dijaminuntuk  bisa diterapkan oleh anak-anak usia SD dan SMP. “Fikiran kami menjadi agak sulit untuk anak-anak SD atau SMP,” jelas dia.

Disdik Kota Mataram tidak ingin gegabah dalam mengambil keputusan di tengan suasana pandemi sekarang. “Kami betul-betul mempersiapkan dengan matang. Sehingga, simulasi-simulai itu ketika (Mataram) sudah berwarna kuning mungkin kita adakan simulasi,” terang Fatwir.

Apakah simulasi belajar tatap muka bisa digelar di jenjang SD dan SMP yang berada di kelurahan atau kecamatan yang masuk zona hijau? Fatwir menegaskan, uji coba pembelajaran tatap muka tida bisa digelar secar terpisah. Artinya, kalau memang diadakan simulasi maka simulasi semua. Kalau ndak, ndak semua.

“Kita tidak bisa cegat. Misalkan kampung ini tidak boleh dan kampung itu boleh sekolah. Karena Mataram ini kecil. Murid itu tidak berasal dari satu kampung saja. Tapi satu sekolah itu terdiri dari beberapa daerah,” ulas dia.

“Kita di Kota Mataram ingin semua sekolah bisa melaksanakan segala sesuatu dengan petunjuk yang ada,” imbuh Fatwir.

Lagi pula saat ini, ujar dia, pelaksanaan belajar tatap muka di sekolah belum mendapat rekomendasi atau izin langsung dari Wali Kota Mataram sekaligus Ketua Gugus Penanganan Pencegahan Covid-19 Kota Mataram, H Ahyar Abduh. Hal itupun menjadi faktor yang membuat Disdik belum berani melakukan simulasi belajar tatap muka di jenjang SD dan SMP.

“Kan kita harus minta izin dari Gugus Covid-19 Kota Mataram. Supaya nanti kalau ada sesuatu yang terjadi, kan ada yang bertanggungjawab,” jelas Fatwir. (zak)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 205

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *