PRAYA – Pembudidaya burung walet diberikan pelatihan bagaimana membersihkan sarang burung walet. Bimtek diberikan PT Ading Walet bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) NTB di Desa Kateng, Kecamatan Praya Barat, kemarin.
Kepala Bidang Agribisnis Dinas Pertanian Lombok Tengah, Lalu Mujahidin mengungkapkan, bimtek pencucian sarang burung walet ini merupakan kegiatan sarana pengolahan hasil ikutan ternak tahun 2022. Dengan tujuan meningkatkan kapasitas pelaku usaha atau kelompok UPH peternakan dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan pangan hasil peternakan. Lebih spesifik dalam produk olahan hasil ikutan ternak sarang burung walet. “Kegiatan ini dilaksanakan Kementerian Pertanian untuk memfasilitasi lapangan pekerjaan baru. Hal ini merupakan kesempatan yang langka mengingat pesertanya terbatas. Dengan keterampilan ini bisa saja mengorbitkan pengusaha handal sarang burung walet baru, maka kita butuh pelatihan dan ketelatenan. Semoga hasilnya nanti dapat mengangkat nama baik Loteng dan NTB dalam hal produksi sarang burung walet,” jelasnya.
Hal ini juga merupakan bagian dari suksesi misi Gubernur NTB, yakni mendorong kesejahteraan dan kemandirian di sektor wisata dan industrialisasi. “Peningkatan eksport sarang burung walet sangat bagus. Bahkan data di NTB sarang burung walet sedang naik daun,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) NTB, Khairul Akbar mengatakan, hasil budidaya walet dapat menghasilkan produk bermutu dan dapat menjadi icon herbal.
“Pelatihan ini dapat menjadi peluang membuka lapangan pekerjaan. Mengingat PT Ading Walet juga masih butuh banyak karyawan, terutama di bidang pembersihan sarang burung walet,” ungkapnya.
Ditambahkan, kegiatan ini sebagai program keberlanjutan dari program kementerian yang memberikan bantuan gedung, peralatan dan program pelatihan untuk PT Ading Walet. Dari hasil pelatihan diharapkan dapat merekrut para peserta yang memiliki kemampuan mumpuni dalam bidang pembersihan sarang burung walet.
Kenapa harus burung walet? Karena komoditas ekspor yang berpeluang saat ini adalah sarang walet sehingga bisa menghasilkan devisa bagi negara. “Bersih dan kotor tetap bisa diuangkan. Orang China itu sehat karena sering makan sarang burung wallet. Data produksi saat 35 kilogram dari peternak ribuan orang di NTB,” paparnya.
Sebagai penghasil sarang walet, NTB terus melakukan pembenahan. Pertama melakukan pembinaan, kemudian melakukan koordinasi dengan semua kabupaten di NTB. “Harapan kita Kateng ini jadi penghasil sarang walet terbesar di NTB,” tutupnya.
Peserta pelatihan, Nurjipiansyah asal Batukliang Utara mengaku sudah 5 tahun melakukan budidaya burung walet. Namun saat panen hanya mendapatkan dapat 1 kilogram saja. Maka dengan pelatihan yang diikutinya ini, ia merasa sangat banyak manfaatnya. “Mulai sekarang saya akan masukkan hasil sarang walet ke sini (PT Ading Walet, red) tidak lagi ke tengkulak,” ungkapnya.
Peserta lainnya, Titin asal Solo mengatakan, hasil pelatihan cara pencucian sarang burung walet ini akan ditularkan agar semua pembudidaya bisa mengetahui bagaimana cara pencucian sarang burung walet yang baik dan kualitas ekspor yang diterima negara Cina. “Di China, sarang burung walet dijadikan sebagai bahan produk pengobatan, dan kecantikan. Sekarang saya sudah tahu proses membersihkannya,” ucapnya.(tim)