DEPAN: Bangunan Masjid Jami Praya yang masih dalam tahap pembangunan.(HAZA/RADAR MANDALIKA)

Masjid Jami’ Praya Pusat Syiar Islam, Saksi Bisu Pergolakan Rakyat

Masjid Jami’ Praya yang ada di Lombok Tengah menjadi salah satu masjid bersejarah. Menelisik kembali sejarah pendirian dan peristiwa yang terjadi, banyak cerita masa lalu yang belum terungkap ke permukaan. Kendati demikian, Radar Mandalika akan kembali mengupas intisari sejarah masjid yang berdiri kokoh di pusat Kota Praya ini.

HAZA-LOMBOK TENGAH

PULAU Lombok dikenal sebagai Pulau Seribu Masjid. Dimana-mana ada masjid. Dalam satu desa saja ada 5 sampai 6 masjid. Bahkan sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu, sudah ada bangunan masjid sebagai bukti peradaban Islam di Pulau Lombok.

Masjid Jami’ Praya yang ada di Lombok Tengah menjadi salah satu masjid yang memiliki sejarah terhadap perkembangan Islam khususnya di wilayah Kabupaten Lombok Tengah dan sekitarnya.

Sosok dibalik berdirinya Masjid Jami’ Praya dipelopori oleh Guru Bangkol yang merupakan pejuang agama Islam kala itu.

Keberadaan Masjid Jami’ Praya menjadi bukti peradaban Islam dan menjadi benteng perjuangan penyebaran agama Islam di Lombok.

Demikian yang disampaikan oleh Ketua Takmir Majid Jami’ Praya, Lalu Samsul Hilal pada Radar Mandalika, Sabtu (25/3).

Ia menceritakan, Masjid Jami’ Praya merupakan salah satu masjid tua yang menjadi saksi sejarah Islamisasi Praya, Lombok Tengah. Saksi bisu sejarah pergolakan kerakyatan dalam Islam Sasak Congah Praya II tahun 1891-1894.

Majid bersejarah ini yang ketiga kali direnovasi, bentuk arsitektur bangunan yaitu perpaduan modern dengan klasik, sehingga tidak meninggalkan nilai histori masa lalu. Luas bangunan sendiri yaitu 40×40 meter, yang mana saat ini dalam tahap finishing dikerjakan pada tahun 2016 silam.

Diperkirakan Masjid Jami’ Praya sudah berdiri satu abad lebih dan selama berdiri sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Lombok.

“Jadi jamaah bukan hanya dari Lombok Tengah saja namun banyak dari kabupaten lain,” tuturnya.

Dia mengemukakan, kemajuan masjid Jami’ mulai tersentuh ketika Abdul Azim pulang kampung bersama Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari menuntut ilmu di Mekkah. Kedatangannya ke Praya kala itu, disambut gembira keturunan Guru Bangkol lainnya, hingga dia pun didaulat menjadi imam masjid.

Di tangannya, masjid diremajakan hingga menjadi embrio kemajuan Islam dan pengembangan Nahdatul Wathan (NW) kala itu. Seiring perkembangan waktu, Masjid Jami’ dijadikan pusat syiar Islam. Tidak saja bagi mereka di wilayah Praya, tapi di beberapa kabupaten/kota di Lombok kala itu.

“Kalau di Mekah, pusat bumi adalah Ka’bah tapi kalau di Lombok Masyarakat mengatakan pusat bumi di Masjid Jami Praya,” cetusnya.

Dengan peradaban yang begitu cepat, keberadaan Masjid Jami’ Praya menjadi catatan sejarah generasi berikutnya. Planing (rencana) ke depan masjid ini bukan hanya dijadikan sebagai pusat agama namun sudah dikonsepkan akan pusat ekonomi. Dimana di sebelah timur akan dibangun tempat kuliner dan pusat perbelanjaan ala Islam.

“Jadi kita tidak hanya fokus pada keagamaan saja, namun ke depan kita juga fokus pada pengembangan ekonomi dan kuliner,” pungkas pria yang juga Camat Praya Tengah ini.(bersambung)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 2465

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *