IST/RADAR MANDALIKA TES: Seorang warga Kota Mataram saat melakukan tes swab di RS Unram, belum lama ini.

MATARAM- Ketua ikatan dokter Indonesia (IDI) Cabang Mataram, dr Rohadi buka suara soal beredarnya video dr Lalu Herman Mahaputra pada channel YouTube yang menyebut virus korona seperti flu biasa. Termasuk tidak ada yang meninggal dunia karena korona, melainkan karena penyakit bawaan.

“Atas beredarnya video yang viral dari dr. L. Herman Mahaputra M.Kes., MH pada channel Youtube ‘Jalan Tengah’ secara pribadi beliau minta maaf kepada teman sejawat
dan tenaga kesehatan di seluruh Indonesia, dan mengakui khilaf dalam pernyataan atas konten video tersebut,” ungkapnya dalam jumpa pers, Senin kemarin di Mataram.

dr Lalu Herman Mahaputra mengatakan, video tersebut dibuat untuk mengurangi kecemasan masyarakat terhadap pandemi COVID-19. Mengingat saat ini, warga sangat khawatir terhadap virus korona, sehingga untuk mengurangi kecemasan tersebut dr Jack mengatakan, korona tidak berbahaya, namun masyarakat wajib tetap mematuhi protokol pencegahan koronavirus COVID-19.

“Video tersebut dibuat atas dasar untuk mengurangi kecemasan
masyarakat NTB saja,,” jelasnya.

Dalam keterangan pers tersebut juga dijelaskan prediksi Fakultas Kedokteran Unram dan Tim Epidemiologi bahwa puncak COVID-19 di NTB pada bulan Agustus 2020 dengan jumlah kasus 5.000.

“Puncak kasus diperkirakan maju ke bulan Juli dengan jumlah kasus 2.800. Hal yang perlu dilakukan adalah melakukan pembatasan dengan mematuhi protokol yang ditetapkan oleh pemerintah untuk menurunkan kasus Covid-19,” katanya.

Dijelaskan, kasus di NTB 80 persen pasien gejala ringan atau OTG, 15 persen sedang-berat, dan 5 persen berbahaya yang membutuhkan alat bantu nafas.

“Pasien yang dinyatakan positif COVID-19 dan memiliki komorbit terhadap menimbulkan reaksi yang lebih berbahaya,” ujar Rohadi.

IDI Cabang Mataram mengatakan, Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikologi (DKJPS) melalui terapi bahagia bukan merupakan terapi utama namun merupakan terapi tambahan, sehingga fisik pasien merupakan target utama penyembuhan.

“Pandemi COVID-19 masih baru mulai, dampaknya bukan hanya di sisi kesehatan melainkan semua aspek. Bijaklah kita sebelum berkomunikasi karena banyak aspek yang kita pertimbangkan,” tuturnya.

Ditambahkan, pembahasan new normal belum bisa diterapkan di Mataram. Harus disiapkan beberapa tahapan sebelum benar-benar diterapkan.(zak)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 330

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *