AHMAD ROHADI/RADAR MANDALIKA KOMPAK: Warga saat menggelar prosesi menyunat sebagai tradisi khusus di Kabupaten Lombok Utara.

Gelar Gawe Adat Menyunat dan Rangkaian Even Mandi Safar

Sebagai daerah yang dikenal dengan destinasi wisatanya, Kabupaten Lombok Utara tentu mendapat dampak buruk dalam perkembangan kemajuan daerah akibat pandemi covid-19 selama ini. Dimana, sektor pendapatan kian menurun tajam dibuat bahkan bisa dibilang mati suri pariwisata. Namun beragam upaya dilakukan untuk menghidupkan pariwisata masyarakat.

Ahmad Rohadi-KLU

MASYARAKAT Lombok Utara mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan adat dan budaya, sebelumnya gelaran mandi safar atau rebo bontong diselenggarakan daerah di Gili Meno. Ritual adat itu secara langsung dihadiri oleh Wakil Bupati Lombok Utara.

Sementara pada Senin kemarin, dilaksanakan gelaran prosesi menyunat. Yang dilangsungkan di Medana Kecamatan Tanjung, Senin (11/10). Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan bertajuk Karya Agung Dayan Gunung yang diselenggarakan sepanjang bulan Oktober. Demikkan diungkapkan Plt Kepala Dinas Pariwisata Lombok Utara, Ainal Yakin.

Menurutnya, diambil Gawe Adat Menyunat guna disuguhkan kepada masyarakat merupakan upaya kedepan untuk mempromosikan wisata daerah. Tak hanya itu, terselenggaranya kegiatan tersebut sekaligus menepis isu yang berkembang selama ini bahwa pariwisata tidak mati suri. Output yang diharapkan, jelas nantinya bisa dijadikan salah satu refrensi untuk dijual ke wisatawan mancanegara maupun nusantara.

“Jadi ini sudah terlaksana, ini merupakan bagian dari kegiatan kita yang disuguhkan kepada masyarakat. Ini memang berbasis kepada masyarakat, tetapi kita hanya mensuport dengan endingnya nanti bahwa kita inginkan persoalan budaya ini bisa mencuat,” katanya.

Dijelaskan, melihat lebih jauh tradisi menyunat ini adalah budaya budaya yang tumbuh di masyarakat yang idealnya perlu diekspose keluar agar diketahui oleh masyarakat luas. Pihaknya juga menginstruksikan Bagian Promosi pada Dispar agar bisa menginventarisasi semua kegiatan-kegiatan masyarakat yang berbasis budaya, adat, religi dan lain sebagainya.

“Melalui kegiatan kegiatan inilah, bahwa kita akan tetap mengadakan kegiatan kegiatan ini untuk kebangkitan pariwisata kita. Karena budaya ini sangat penting untuk pariwisata,” jelasnya.

Sebelumnya, kata Ainal Dispar KLU juga telah mensupport kegiatan masyarakat lainnya yaitu mandi safar di Gili Meno. Selain mandi safar dan menyunat, masih ada HK endurance challenge, merowah banggaran, ngasuh gumi, dan yang terakhir dan puncak kegiatan yaitu maulid adat bayan. Enam kegiatan tersebut diselenggarakan di lokasi dan tempat berbeda sehingga bisa menarik minat wisatawan secara luas.

“Ouput yang kita harapkan dari kegiatan ini adalah menjadi sebuah harapan besar kita, untuk kita promosi dalam rangka mengcounter isu-isu yang beredar bahwa kita sedang mati suri,” pungkasnya.

Sementara itu, Raden Prawangsa Jaya Ningrat selaku Mangku Bajang menjelaskan, dalam prosesi menyunat ini ada berbagai proses. Pertama berendam, jadi yang akan di sunat tersebut harus berendam di sungai atau di laut, karena itu merupakan tradisi. Setelahnya, pada malam hari dilakukan pembacaan naskah kuno sampai dini hari hingga pukul 2-3 dini hari.

“Di hari kedua, dilakukan arak arakan, ini bermakna bahwa anak dikasih tahu kepada orang luas, bahwa anaknya sudah dewasa, jadi itu simbol sebagai pemberitahuan dia. Setelah itu baru naik di berugak kekelat untuk disunat,” pungkasnya.(*)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 219

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *