MUHAMAD RIFA’I / RADAR MANDALIKA RICUH : Massa aksi BEM IAIH NW Pancor, saling lerai saat terjadi kericuhan antara mahasiswa dengan security kampus, kemarin.

LOTIM – Puluhan massa aksi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) NW Pancor Lombok Timur (Lotim), bersitegang dengan security kampus. Bahkan dalam aksi tersebut, antara mahasiswa dan salah satu petugas sempat terjadi saling tarik, karena meminta mahasiswa bubar dengan alasan perintah atasan.

Presiden Mahasiswa (Presma) IAIH NW Pancor Lotim, Zaini Hasyari, kepada awak media mengatakan, pihaknya bersama mahasiswa lainnya turun aksi, karena banyaknya hak-hak berupa fasilitas yang tak diperoleh semua mahasiswa. Dilain pihak, pembayaran tetap dilakukan mahasiswa. Seperti fasilitas berupa perpustakaan dan laboratorium komputer.

Setiap pembayaran, setiap mahasiswa mengeluarkan biaya Rp 50 ribu, untuk laboratorium komputer dan perpustakaan. Jika dikalkulasikan dengan jumlah mahasiwa yang mencapai 1000 orang lebih, maka dihasilkan lembaga Rp 100 juta lebih. Tapi nyatanya, perpustakaan tersebut dari dulu sampai sekarang tak ada perubahan sama sekali, berupa tambahan fasilitas. Belum lagi masalah laboratorium komputer, ironinya seperti apa wujud laboratorium komputer tersebut tak diketahui mahasiwa.

Yang membuat miris katanya, ada mahasiswa yang hanya gara-gara tidak membawa laptop, kemudian diancam dialpakan dalam daftar hadir. Belum lagi fasilitas ruang kelas yang membuat terpaksa harus belajar dihalaman, karena berebutan kelas.

“Atas dasar itu semua kami mempertanyakan pada lembaga. Kami terpaksa turun aksi sebagai bentuk kekecewaan, setelah sebelumnya tanpa mendapat respon sama sekali dari pihak rektorat, saat melakukan mimbar bebas mau pun bersurat meminta waktu audiensi,” tegasnya.

Belum lagi persoalan Praktek Kuliah Lapangan (PKL). Letak masalahnya menurut Zaini, ialah kepanitiaan yang jelas-jelas dibentuk telah sesuai porsinya. Mestinya, mengantar dan menjemput mahasiswa yang PKL, nyatanya hanya melepas begitu saja. Terdapat beberapa lokasi mahasiswa PKL hampir tak diterima, karena hanya sekadar diantar saja.

“Intinya, disini kami menuntut keadilan. Keadilan itu wajib kami tuntut, jika terjadi ketidakadilan,” tegasnya.

Pantauan Radar Mandalika, Ketua Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesantren Darunnahdlatain (YPH PPD) NW Pancor, H Djamaludin, secara tertutup menemui perwakilan mahasiswa. Hasil pertemuan tersebut, kemudian disampaikan Presma IAIH pada massa aksi lainnya. Disana seperti yang disampaikan Presma tersebut, selain ketua Yayasan menitipkan salam terhadap massa aksi. Ketua yayasan berjanji secepatnya akan menindaklanjuti aspirasi mahasiswa, dengan mengundang semua Wakil Rektor (Warek) IAIH Pancor. Menghindari berat sebelah dan masalah terang benderang untuk menyelesaikan masalah tersebut, termasuk perwakilan mahasiswa juga akan diundang dalam pertemuan itu, yang waktunya belum ditentukan oleh pihak yayasan.

“Jangan sampai ada perwakilan mahasiswa yang tidak datang dalam pertemuan nanti, sehingga permasalahan kampus cepat selesai dan tidak berat sebelah,” kutip Zaini terhadap ucapan ketua Yayasan, saat menyampaikannya pada massa aksi, dan setelah itu presma IAIH Pancor meminta massa membubarkan diri. (fa’i/r3)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 314

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *