ilustrasi

MATARAM – Wilayah Bima mendapat perhatian khusus pemerintah provinsi (Pemprov) NTB. Termasuk juga dari aparat, dalam hal ini Polri dan pasukan densus 88 anti teror. Langkah ini dilakukan pascaditangkapnya terduga teroris di Bima. Terbaru sudah lima orang terduga teroris ditangkap di tempat dan waktu berbeda di Bima.

Kepala Bakesbangpoldagri Provinsi NTB, L Abdul Wahid menyebutkan, teroris masuk dalam tiga kejahatan yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Di NTB tidak dipungkiri masih ada beberapa tempat pemikiran radikalisme yang masih menjadi sorotan semua pihak.

“Di Bima misalanya ada kelompok yang memang masih berpikir keras (radikal, red) yang masih terasa sampai sekarang mereka berprilaku eksklusif,” bebernya saat dihubungi Radar Mandalika, Senin kemarin.

Dibeberkannya, untuk Bima lokasinya di Penatoi Mpunda Kota Bima. Sampai sekarang tempat itu masih menjadi titik perhatian Pemprov. Wahid mengatakan terkait ada keterlibatan langsung dengan kejadian di Makassar bukan menjadi ranahnya untuk memberikan keterangan. Termasuk apakah mereka yang ditangkap itu masuk di kelompok mana nanti proses hukum yang akan menjawab semuanya. Secara hukum terlibat atau tidaknya ada di pengadilan.

“Terkait ada keterlibatan langsung dengan peristiwa di Makassar yang kompeten itu APH (memberi keterangan),” jawabnya.

Abdul Wahid juga mengapresiasi pihak yang melakukan penangkapan. Pascapenangkapan Bakesbangpol langsung melakukan koordinasi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimana mengantisipasi kejadian itu tidak terjadi di tempat lain.

Abdul Wahid mengatakan juga, pekembangan sekarang sudah kondusif. Masyarakat setempat tidak terpengaruh terhadap gangguan Kamtibmas walaupun terjadi penangkapan di sekitarnya.

Ditegaskannya, Bakesbangpol bukan lembaga penindakan. Posisinya yaitu melakukan pembinaan sosialisasi radikalisasi.

“Semacam pembinaan kepada orang kelompok yang menurut informasi dia mempunyai pemikiran yang radikal. Kita masuk lewat pembinaan,” tegasnya.

Katanya, mereka memberikan pemahaman sesungguhnya pemikiran dan gerakan radikal itu tidak sesuai dengan kultur budaya daerah, hukum yang berlaku di bangsa dan negara termasuk juga tidak sesuai dengan nilai nilai agama.

“Radikalisme ( di NTB) memang ada, ada orang perorang atau kelompok,” sebutnya.

Sementara, Densus 88 sudah menangkap lima terduga teroris di Bima. Penangkapannya di waktu yang berbeda. Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Artanto menyampaikan yang empat orang itu ditangkap Hari Minggu dan satu orang lagi ditangkap kemarin Senin pagi sekitar pukul 11.00 Wita.

“Hari Minggu itu empat orang (ditangkap). Kemudian Senin pagi,” ungkap Artanto yang dikonfirmasi tadi malam.

Artanto menjelaskan, empat yang ditangkap hari Minggu itu kini telah berada di rutan Mapolda NTB. Sementara satu orang masih berada di rutan Brimob Bima. Terkait lokasi penangkapan satu orang terakhir Artani enggan membeberkan. Yang pasti satu orang yang ditangkap itu masih di wilayah Kota Bima.

“Kurang lebih di (seputaran)kota Bima,” katanya singkat.

Ditanya apakah ada hubungannya dengan pengeboman di Gereja Katedral Makassar, Artanto mengaku pihaknya tidak punya wewenang menyampaikan. Itu ranah Mabes Polri.

“Itu kewenangan Devisi Humas Polri memberi keterangan. Pengincaran terduga teroris lainnya? Itu semua detasemen Densus 88 yang tahu. Kami hanya posisinya memback up saja,” jawab dia.

Ditanya langkah selanjutnya pascapenangkapan, Artanto mengatakan satu orang yang masih di Bima dipastikan akan dibawa ke rutan Mapolda NTB bersama empat lainya. Terkait apakah akan dibawa langsung atau seperti apa, Artanto lagi-lagi mengatakan semua itu  merupakan ranah Densus 88.

“Tindaklanjutnya Densus 88 Anti Teror. Polda hanya akan membackup saja,” jelasnya lagi.

Data diperoleh Radar Mandalika group, empat terduga teroris sebelummya ditangkap berinisial BU asal Rite, Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Mantan narapidana teroris ini ditangkap di Kelurahan Penatoi, Kecamatan Mpunda, Kota Bima, bersama dua anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) lainnya, berinisi LA alias Guru Mudi dan MU alias Abu Zahiroh. Kemudian RAP alias Abu Ridho yang ditangkap di lokasi berbeda, yakni di Kelurahan Nae, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima.

Artanto menjelaskan pasca penangkapan kondisi di wilayah tersebut relatif kondusif. Masyarakat diharapkan tetap tenang namun tetap waspada. Pihak kepolisian tetap melakukan kegiatan patroli skala besar dari gabungan TNI/Polri dalam rangka menjaga situasi yang kondusif.

“Tentunya saat kegiatan ibadah pasti penambahan kekuatan (personel) nantinya,” katanya.(jho/rif)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 174

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *