IST / RADAR MANDALIKA RUJUKAN : Puskesmas Sikur yang menjadi asal rujukan pasien persalinan yang melahirkan di dalam ambulans saat perjalanan rujuk ke RSUD Selong, diduga karena lalai merujuk pasien, sabtu (21/11) lalu.

LOTIM – Herni, 36 tahun asal Desa Sikur Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur (Lotim), melahirkan di atas mobil ambulans dalam perjalanan rujukan dari Puskesmas Sikur menuju Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedjono Selong Lotim. Ia melahirkan di atas ambulans tanpa pendampingan bidan Puskesmas Sikur. Diduga, hanya karena hasil rapid test pasien reaktif, membuat pasien terkatung-katung tanpa kejelasan waktu rujukan. Beberapa jam waktu molor untuk dirujuk, dan begitu perjalanan rujukan, pasien melahirkan tanpa pendampingan bidan di atas ambulans.

Informasi dihimpun Radar Mandalika, Sabtu (21/11) lalu, pasien tersebut ditangani persalinannya oleh Bidan Desa Sikur, dan mendapat penanganan sesuai Standar Operasioal Prosedur (SOP). Tapi setelah dilakukan rapid test oleh bidan desa, hasilnya reaktif, sehingga berkoordinasi dengan Tim Gerak Cepat (TGC) Puskesmas. Sekitar pukul 10.30 Wita, pasien ini mendapat rujukan ke Puskesmas Sikur.

Ironinya, pasien persalinan yang dijemput tim TGC tidak didampingi bidan. Karena status reaktif ditambah kondisi darurat pasien itu, yang mestinya harus mendapat rujukan cepat ke RSUD Selong, akan tetapi terkesan mengalami tarik ulur waktu. Sekitar pukul 14.30 Wita pasien tersebut akhirnya dirujuk, dan itu pun hanya didampingi TGC. Sementara bidan tidak diikutsertakan mendampingi pasien saat perjalanan dirujuk ke RSUD Selong. Dalam perjalanan rujukan itu, pasien ini akhirnya melahirkan dalam mobil ambulans Puskesmas.

Kejadian ini membuat sejumlah pihak gerah. Hasnayadi Syukron, Ketua Gema Desa Lotim menyayangkan lambannya proses rujukan dilakukan pihak Puskesmas Sikur, sehingga mengakibatkan pasien melahirkan di atas ambulans tanpa mendapatkan penanganan intensif. Apalagi, pasien persalinan bertaruh nyawa, demi melahirkan sang buah hatinya. Ia menganggap TGC Puskesmas Sikur lalai dalam merujuk pasien persalinan ini.

Anehnya, bidan puskesmas Sikur tidak masuk dalam tim TGC covid-19. Sehingga dalam perjalanan rujukan itu, pasien ditemani dua perawat dan satu sopir. Berbagai alasan dilontarkan Puskesmas, mulai dari minimnya Alat Pelindung Diri (APD) dan sebagainya.

“Kepala Puskesmas Sikur harus bertanggungjawab atas kelalaian jajarannya. Kepala puskesmas Sikur harus dicopot dari jabatannya,” tegas Hasnayadi. 

Sementara itu, Kepala Puskesmas Sikur, Musdikin, yang dikonfirmasi Radar Mandalika via ponselnya kemarin mengatakan, hasil diagnosa medis pasien reaktif. Memang prosedurnya seperti hasil konfirmasi dengan pihak RSUD Selong, merujuk sesuai dengan penyakitnya. Tetapi waktu itu ucapnya, kesannya tidak ada bidan. Meski secara birokasi sebagai kepala Puskesmas, meminta tolong dirujuk sesuai kondisinya. Begitu dirujuk, ditelepon anak buahnya ternyata pasien tidak didampingi bidan, sehingga ia kaget. Padahal dokter jaga sudah menginformasikan harus ditemani bidan, tapi faktanya tidak ada bidan mendampingi dan itu yang menjadi masalah.

Yang menjadi pokok masalah sambungnya, tidak didampingi bidan saat proses rujukan. Sementara selaku manajer di puskesmas, telah memerintahkan dilakukan rujuk sesuai kondisinya. Karena itu perempuan yang mau melahirkan, tidak mungkin didampingi perawat laki-laki.

“Fakta di lapangan kita tidak tahu, dan diluar kapasitas saya. Yang tahu rujukan itu medis, seperti apa koordinasinya dengan rumah sakit, saya tidak tahu. Kami dari manajemen tahunya sudah beres,” jawabnya.

Saat ditanya hasil konfirmasi sementara terhadap jajarannya sehingga menyebabkan pasien melahirkan di dalam ambulan tanpa pendampingan bidan, tapi dokter tetap mengatakan, sudah melaksanakan prosedur. Kasus ini diluar dugaan, sebab sudah berusaha dirujuk tapi faktanya melahirkan di jalan. “Dengan kasus itu besok (hari ini red), saya akan mengumpulkan semua bidan, dan akan bilang bahwa itu adalah pembelajaran berharga buat kita. Kita ingin berbuat terbaik untuk masyarakat. Namanya pelayan masyarakat, siap menjadi kambing hitam apa pun. Besok bidan saya kumpulkan dan saya berikan arahan,” ungkapnya. 

Kaitan dugaan bidan tidak masuk dalam TGC, disangkalnya. Bidan diklaimnya juga masuk TGC. Perkara ada kasus, ada tim terdepan, ada tim bayangan, dan banyaklah namanya ikut bergerak. “Jelas kami sadar dan kami tetap salah. Kami mohon mohon maaf pada keluarga korban. Ini pembelajaran dan ujian buat kami, dan mudahan ke depan tidak seperti ini lagi. Mungkin khilaf,” ujarnya.

“Ini diluar akal sadar saya, kita mau berbuat terbaik. Memang yang disayangkan dari rumah sakit, setelah dilakukan konfirmasi, pasien tidak didampingi bidan. Saya siap-siap saja seperti apa imbasnya, dan silahkan saja. Kalau memang berpengaruh pada jabatan, tidak apa-apa. Yang penting tolong diamankan beritanya. Jangan terlalu vulgar,” tutupnya. (fa’i/r3)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 226

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *