WINDY DHARMA/RADAR MANDALIKA DIALOG: PHRI NTB, Ketut Wolini saat menyampaikan masukan dan saran dalam dialog bersama Pemkab Lobar dan Pemprov NTB di Hotel kawasan Senggigi, Sabtu (22/2) lalu.

LOBAR–Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Barat (Lobar) bersama Pemprov NTB berkomitmen mengembalikan kejayaan Senggigi. Bahkan silaturahmi dengan pelaku Pariwisata dan Pengusaha Hiburan Kawasan Senggigi di gelar, Sabtu (22/2). Pasalnya beberapa isu dan pemberitaan beberapa hari terakhir benar-benar berdampak kepada pariwisata Senggigi.

Hadir menjadi narasumber pada acara tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi NTB H L Gita Aryadi, Bupati Lobar, H Fauzan Khalid. Selain itu hadir para pelaku hiburan yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Hiburan (APH), PHRI, ASITA dan beberapa pelaku usaha lain.

Berbagai saran dan masukan disampaikan pihak pelaku usaha kepada Pemkab Lobar dan Pemprov NTB dalam dialog itu. Seperti yang disampaikan Ketua APH Senggigi,  Suhermanto. Menurutnya Senggigi sudah banyak tertinggal dengan KEK Mandalika.

Terlebih lagi dengan banyaknya tempat hiburan maupun hotel di kawasan Senggigi yang tutup. Selain karena dampak gempa, penetapan pajak dan retribusi pun menjadi salah satu faktornya. Bagaimana tidak selain karena pajak restoran dan hiburan dinilai tinggi.

“Tapi Alhamdulillah, sudah ada rencana penurunan pajak restoran dan hiburan dari Pemkab Lobar. Terima kasih kepada DPRD Lobar yang sekarang yang sudah memfasilitasi,” ucapnya.

Meski demikian pihaknya masih penurunan itu juga bisa terjadi pada pengurusan Izin Minuman Berakhol pertiga tahun. Sebab jika dibandingkan daerah lain nilai pengurusan izin di Lobar jauh tinggi. Ia bahkan mencontohkan seperti di kawasan Mataram yang Rp 15 juta. Sedangkan di Lobar mencapai Rp 75 juta untuk pertiga tahun. Itu dinilainya sangat memberatkan para pelaku usaha dikawasan Senggigi. Terutama sekali pada pengusaha hiburan kecil.

“Dampaknya sekarang Citra sudah tutup karena itu, belum lagi tempat hiburan lain,” bebernya.

Sehingga ia meminta agar Pemerintah bisa bijak dalam penetapan pajak dan retribusi.

Hal senada disampaikan Ketua PHRI NTB, Ni Ketut Wolini. Secara investasi ia mengatakan, dengan tutupnya Hotel dan banyaknya cafe membuat investor menarik diri. Sebab menilai kawasan itu begitu berat.

Ia mengatakan, para investor membutuhkan beberapa kepastian. Mulai dari keamanan dalam berinvestasi, kepastian hukum. Serta perijinan yang mendukung bagi para investor untuk berinvestasi.

“Jadi hal itu perlu dipertimbangkan,” ujarnya.

Semetara itu Bupati Lobar, H Fauzan Khalid pada kesempatan itu sedikit menyentil pemberitaan beberapa hari terakhir terkait kasus menimpa salah satu tempat hiburan di Senggigi. Pemberitaan itu memberikan citra positif dalam kepariwisataan di NTB. Ia berharap agar semua pihak terutama media bisa memberi kontribusi dengan memberikan pemberitaan positif.

“Sering persoalan personal harus menjadi urusan public, seperti kasus terakhir di Metzo. Kita terlalu mengedepankan aspek negative sehingga menimbulkan pesimisme,” sentil Fauzan.

Meski demikian diakuinya untuk menghidupkan kembali Senggigi pihak Pemkab sudah menyiapkan langkah. Pada tahun ini revitalisasi Senggigi akan dilakukan. Baik untuk penataan pembangunan infrastruktur. Termasuk  menggelar event kepariwisataan.

“Saat ini kita sedang melakukan tender perencanaan, nanti di bulan Maret akan tender pembangunannya. Insya Allah Juni nanti kita sudah mulai membangun,” papar orang nomor satu di Lobar itu.

Senada dengan Fauzan, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB HL Gita Aryadi mengungkapkan trend negative masih berlangsung dalam pembangunan kepariwisataan di NTB.

“Kita memastikan bahwa pembangunan pariwisata adalah prioritas, tapi kita justru melakukan harakiri (bunuh diri, Red). Persoalan konflik kecil, tapi kita membesar-besarnya,” terang Gita Aryadi.

Menurutnya, pembangunan pariwisata harus ramah. Tidak hanya kepada wisatawan, namun juga kepada para investor dan pelaku wisata.

“Pemerintah Provinsi konsen pada destination image dan Kabupaten kepada object image,” ucapnya.

Selain itu pihaknya siap berkomitmen mambantu Pemkab Lobar dalam mengambalikan kejayaa Senggigi seperti waktu lampau.

Kepala Dinas Pariwisata NTB, Faozal menambahkan jika target kunjungan ke NTB 2020 4,5 juta pengunjung. Dengan market terbesar wisatawan nusantara.

“Sisanya adalah dari Asean sebesar empat belas persen lebih dan dunia internasional lainnya sebesar empat belas persen lebih,” terang Faozal.

Diakuinya Untuk mencapai itu, banyak kebijakan telah digulirkan pihak Pemerintah (Pemprov). Diantaranya mempertahankan konektivitas NTB dengan Bali. Sebab bandara yang menjadi market share.

“Terutama dengan aktifnya maskapai Air Asia dalam memberikan layanan transportasi dari dan menuju NTB, kita terbantu,” ujarnya.

Secara khusus, Faozal berharap pembangunan pariwisata di NTB akan semakin menggeliat lagi. Terlebih dengan dikembangkannya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kuta Lombok Tengah. Tentunya perkembangan itu harus juga didukung juga dengan penguatan Kawasan Senggigi sebagai destinasi utama lainnya. Ia meminta agar para pelaku khusus bisa terlibat membantu pengembangan Kawasan Senggigi. Agar hidup kembali seperti di masa lalu.

“Ayo pelaku pariwisata agar memberikan stimulus kepada wisatawan, terutama saat low season,” pungkasnya. (win)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 154

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *