LOTIM – Program Jumat Salam Penjabat Gubernur NTB, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) NTB, Muhamad Riadi, berdialog dengan pemerintah Desa Setungkep Lingsar Kecamatan Keruak Lombok Timur (Lotim). Dialog tersebut, menyerap dan menggali potensi dan masalah di Desa ini, untuk mencari solusi dan diselesaikan.

Kepala Disnakeswan NTB, diterima Sekretaris Desa (Sekdes) Setungkep Lingsar, Muslihin, bersama Bidan Desa, pemerintah Kecamatan Keruak dan lainnya. Bahkan, Kepala Disnakeswan Lotim, H Masyhur juga ikut hadir dalam program Jumat Salam tersebut, (10/11/2023).

Sekretaris Desa Setungkep Lingsar, Muslihin, menjelaskan, masyarakat di desa ini mayoritas merupakan petani. Satu keluarga tidak memiliki lahan cukup luas. Sehingga sektor pertanian, masyarakat Stungkep Lingsar lebih mengedepankan budaya “Besiru” (saling membantu, red). Maksud Besiru tersebut, mulai dari pengolahan lahan, pemupukan, hingga panen, mereka saling bantu.

“Sedangkan untuk sektor peternakan dinilainya tidak terlalu banyak, baik peternak sapi mau pun peternak kambing. Populasi ternak tidak terlalu tinggi di Desa ini, terutama ternak sapi, dengan alasan keamanan,” jelasnya.

Dia mengatakan, untuk stunting sendiri kita hanya 8 kasus, dan 32 kasus Ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).

Kepala Disnakeswan NTB, Muhamad Riadi mengatakan, ia mengaku merasa surprise sekali, mendengar adanya budaya “Besiru”. Budaya itu menurutnya perlu terus dipertahankan,walau pun kepemilikan lahan rata-rata seluas 25 are. Namun budaya ini, mampu menekan kos produksi menjadi rendah, karena untuk pembiayaan tenaga kerja tidak keluar uang sampai panen. Tidak saja budaya itu saat menanam padi, tapi juga saat menanam tembakau.

“Hasil panen juga tidak dijual habis, tapi dicadangkan untuk pemenuhan kebutuhan selama setahun. Artinya, ini ketahanan pangan luar biasa, sehingga praktis budaya “Besiru” itu tidak terengaruh oleh inflasi,” katanya.

Bicara kasus stunting, di Desa tersebut setelah ditelusuri hanya delapan kasus. Adanya budaya melakukan cadangan pangan secara mandiri, memilihara ayam dan sebagainya, membuat kebutuhan gizi terpenuhi baik. Maksudnya, masyarakat setempat tidak perlu harus membeli pangan keluar, karena sudah ada disekitarnya. Demikian juga kasus Ibu hamil KEK, hanya 32 kasus. Melihat jumlah kasus Stunting dan ibu hamil KEK itu, masih tergolong rendah dibandingkan beberapa desa lainnya.

“Tinggal bagaimana kita bersinergi secara bersama-sama bergotong royong menekan dan menuntaskan stunting di desa ini. Terutama, memaksimalkan pencegahan terhadap ibu hamil kurang energi kronis,” tegasnya.

Bicara sektor peternakan, ia melihat desa ini sangat potensial untuk pengembangan peternakan. Cuma saja menjadi persoalan mengapa peternakan tidak berkembang, karena alasan keamanan. Sehingga disarankannya, masyarakat membuat kandang kolektif, agar keamanan ternak lebih terjamin dari pencurian.

Masih kata Riadi, hasil diskusi dengan Disnakeswan Lotim, Kecamatan Keruak dan Jerowaru diarahkan untuk pengembangan kambing. Populasi kambing sudah ada, itu akan kita dorongdan support untuk pengembangannya. Program pengembangan kambing ini, modal tidak terlalu besar dan sirkulasi cepat. Kalau sapi populasinya sekali setahun, sementara kambing hanya 6 bulan.

“Bentuk bantuan dari Pemerintah Provinsi, nanti akan kita lihat programnya. Belum lama ini kami juga sudah distribusi bantuan kambing dan populasinya sudah Nampak. Ini bisa menjadi contoh untuk ditiru masyarakat,” terangnya.

Sementara itu kaitan dengan pemenuhan kebutuhan air pertanian, Desa Setungkep Lingsar dekat dangan Dam Pandanduri. Kendati ketika musim kemarau dimana petani menanam tembakau, kebutuhan air untuk tembakau tetap terpenuhi baik.

Untuk bahan bakar pengopenan tembakau sambung Riadi, karena petani memiliki tungku, sudah disarankan menggunakan bahan bakar cangkang sawit dan cangkang kemiri. Hanya beberapa petani tembakau pengopenan tembakau menggunakan bahan bakar kayu.

Tapi mendengar aspirasi petani, awalnya cukup senang menggunakan cangkang kemiri dan cangkang sawit. Sebab tingkat kematangan sangat bagus ditambah dari sisi biaya cukup efesien. Tetapi karena isu kelangkaan cangkang kemiri, dan cangkang sawit yang kualitasnya tidak terlalu bagus, membuat sebagian petani beralih pada kayu. Jelas ketika petani akan beralih menggunakan kayu membuatnya khwatir, lantaran akan berdampak pada kelestarian hutan.

Menurut hematnya, adanya isu kelangkaan cangkang kemiri da cangkang sawit, hanya soal persaingan usaha saja. Padahal, cangkang kemiri dan sawit tetap ada. Bahkan pada saat pihaknya di Dinas Pertanian waktu lalu, itu diperjuangkan agar cangkang sawit dan kemiri tetap ada. Apalagi cangkang sawit jauh lebih bagus, karena memiliki kalori panas lebih tinggi, yang menghasilkan tingkat kematangan tembakau yang bagus.

Demi memenuhi kebutuhan cangkang sawit atau kemiri pada saat musim pengopenan tembakau, pihaknya pun mendorong Badan Usaha Milik Desa (Budes) Setungkep Lingsar, bisa membantu petani mengadakan cangkang kemiri dan cangkang sawit tersebut. Sehingga kebutuhan bahan bakar petani terpenuhi baik.

“Kalau kembali ke kayu saya khawatir juga, akan berdampak lagi pada hutan. Masyarakat kita yang penting ada contohnya dulu, kalau enak dan nyaman menggunakan cangkang sawit itu, mereka pasti menggunakan cangkang sawit,”lugasnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Disnakeswan Lotim, H Masyhur, menambahkan, ada beberapa kecamatan yang sudah dipetakan sesuai dengan potensi masing-masing. Kecamatan Keruak, Jerowaru, Sakra Barat, Sakra dan Sakra Timur, memang potensi pertanian dan peternakan. Karena bicara manajemen untuk mencari keuntungan, antara pertanian dan peternakan kambing, satu berbanding lima.

“Potensi dibagian selatan ini luar biasa dan tinggal dimaksimalkan saja. Sehingga program ketahanan pangan dan hewan tetap berjalan. Kendati ketahanan hewan dibagian selatan ini belum terlalu melekat,”pungkasnya.

Untuk diketahui, Kepala Disnakkeswan NTB bersama Disnakkeswan Lotim dalam program Jumat Salam, memberikan bantuan telur untuk dibagikan pada keluarga penderita stunting atau pun ibu hamil KEK. Selain itu, memberikan pengobatan atau penyuntikan gratis semua ternak sapi dan kambing di desa ini. (fa’i/r3)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *