HAZA/RADAR MANDALIKA BERTAHAN: Arip Raengkuti dan seorang konsumen foto bersama di lokasi usahanya, kemarin.

Minat Baca di Loteng Kurang, Belasan Tahun Jualan Buku

Arip Raengkuti merupakan orang tua pekerja keras dan sejak lama hidup mandiri. Dia memiliki tiga orang anak. Di samping itu, sudah belasan tahun lamanya Arip membuka usaha kecil menjual beragam buku di Kota Praya.

HAZA-LOMBOK TENGAH

SIAPA yang tidak tahu Toko Buku Andi. Kalau anda warga Kota Praya pasti tahu. Awalnya toko ini buka di Utara simpang empat Lapangan Bundar Praya. Atau biasa dikenal Tiga Dara Praya. Toko buku ini sudah belasan tahun hadir. Terbaru toko ini pindah ke Kampung Batuson, Praya.

Di balik keberadaan usaha toko buku yang sudah karatan buka ini. Ada cerita dari sang pemilik usaha. Sebut saja, Arip Raengkuti namanya.

Cerita dari Arip, usaha kecil yang ia buka ini bisa bertahan hidup dan menyekolahkan anak-anaknya.

Nama Toko Buku Andi ini dibuat dengan mengambil nama anak pertamanya yang bernama Andi Pramana Raengkuti. Perjalanan awal, Arip dulunya menjadi karyawan di toko buku ternama di Granmedia Bali. Di sana dia bekerja selama 15 tahun, dan pada saat tahun 90-an, dia keluar dari pekerjaannya dengan alasan kepingin mandiri untuk mengetahui bagaimana rasanya tidak diprintah oleh orang. Kendati bekerja di Granmedia Bali biaya hidup ditanggung perusahaan bahakan sampai anak-anaknya kuliah akan ditangung biaya kuliah seperti janji perusahaan.

Setelah keluar, tahun 2008 silam akhirnya ia mendirikan Toko Buku Andi di Praya dengan cara awal ngontrak tepatnya awal di Toko Moster sekarang. Di sana hanya bertahan 1 tahun. Tahun 2009 ia pindah tempat di dekat SMAN 2 Praya lama yang sekarang menjadi SDN 22 Praya.

Tidak begitu lama, akhirnya tahun 2009 dia pindah ke Kampung Tengari Praya, dengan beberapa kali pindah namun agak lama di tempat baru ini. Sehingga usahanya bisa dijalankan dengan cukup lancar.  Di sana ia hanya bertahan 5 bulan, dan akhirnya mencoba lagi mencari peluang lagi di tempat baru simpang empat bundaran Tiga Dara Praya dari 2009 sampai 2019. Setelah 10 tahunan di sana, akhirnya kembali pindah ke Batuson Bat sampai sekarang.

“Di Lombok Tengah itu terus terang daya bacanya masih kurang, sehingga pelanggan sangat sepi,” katanya.

Arip juga pernah mencoba berbagai macam cara promosi melalui Radio samapai dua tiga kali dengan acara membuat kuis, namun hasilnya masih tetap sama. “Padahal dikuis itu saya akan memberikan 3 buah buku novel kalau bisa jawab di mana Toko Andi, tapi itu tidak berpengaruh bagi masyarakat,” bebernya.

Dengan lokasi barunya ini, ia sangat betah disana karena sejalur dengan banyak sekolah dimulai dari anak SMA, SMP dan SD. Sehingga peluangnya kedepanya pasti besar walaupun sekrang masih dikatakan sepi hanya laku 10 buku dalam sehari, namaun ia yakin suatu saat pasti banyak yang akan cari buku di tokonya.

“Kadang banyak juga orang-orang Mataram nyari buku di sini karena tidak dijual di toko-toko besar, karena di sini saya stok buku lama juga walaupun edisinya terbatas selain buku-buku baru,” jelasnya.

Walaupun omzetnya dalam sebulan hanya 2 juta, namun tetap optimis untuk terus mengembangkan usaha toko bukunya, bahkan ia mengaku pendapatan yang dihasilkan tidak digunakan untuk membeli keperluan pribadi. Namun uang tersebut diputar kembali untuk membeli segala ATK lainnnya.

“Dengan modal 200 ribu segala macam ATK dan buku-buku sudah ada walaupun stoknya tidak banyak,” katanya.(*)

50% LikesVS
50% Dislikes
Post Views : 295

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *