LOBAR – Bencana menerjang lima kecamatan di Kabupaten Lombok Barat (Lobar). Dua orang dikabarkan meninggal tertimpa pohon tumbang. Juga, sejumlah rumah dan lapak mengalami rusak.
Selain itu, sejumlah pohon tumbang dikabarkan terjadi di Kecamatan Narmada, Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Kediri, Kecamatan Gerung dan Kecamatan Batulayar. Cuaca ektrim, hujan disertai angin kencang yang terjadi dua hari dua malam sejak Jumat (23/12/2022) menjadi penyebabnya.
Sejauh ini dari data yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lobar terdapat 8 titik pohon tumbang di Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Kediri, Kecamatan Gerung dan Kecamatan Narmada. Pohon tumbang itu merusak dua rumah di Desa Penimbung, Gunungsari dan dua di Desa Sesaot, Narmada. Bahkan dua orang meninggal di dunia di Narmada akibat tertimpa pohon.
“Sudah diserahkan bantuan untuk dua orang korban meninggal dunia di Narmada,” terang Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Lobar, H Hartono Ahmad yang dikonfirmasi, Minggu (25/12/2022).
Pihaknya pun sudah memotong pohon yang tumbang yang menewaskan dua orang itu. Kedua korban itu berasal dari Bangket Punik dan Sedau Gondang, Desa Sedau, Kecamatan Narmada.
Kondisi cuaca ektrem bahkan membuat sejumlah lapak kuliner di Tanjung Biar Desa Senteluk Kecamatan Batulayar rusak. Pantai kawasan itu juga terjadi abrasi akibat ombak yang beras. Bahkan gelombang yang tinggi membuat air sungai Meninting sempat meluap ke pemukiman warga.
“Banyak yang rusak di sebelah barat bagian depannya (lapak kuliner) atap, kemudian hiasan-hiasan lampu-lampu dan beberapa kabel yang putus,” terang Kades Senteluk, Fuad Abdurahman saat dikonfirmasi.
Terpisah, Camat Batulayar Afgan Kusuma Negara yang dikonfirmasi menerangkan kondisi yang terjadi di Batulayar saat kondisi cuaca ekstrem tersebut. Menurutnya saat Jumat (23/12/2022) malam itu ada dua pohon tumbang di Desa Batulayar Barat dan di Desa Senggigi.
“Tapi langsung malam itu ditangani oleh warga dibantu babinsa, babinmaspol dan kepala desa,” terangnya.
Mengantisipasi potensi pohon tumbang. Afgan mengatakan, hari Sabtu pihaknya menebang lima pohon dan peranpingan empat pohon yang dahannya menjorok ke jalan raya. “Kita melakukan bersama Dinas Perkim, kecamatan dan pemerintah desa senteluk,” bebernya.
Sampai akhir pekan kemarin kata Afgab tak ada lagi pohon tumbang yang terjadi. Lantaran kondisi hingga saat ini tak ada angin kencang yang terjadi seperti Jumat lalu.
Sedangan terkait meluapnya sungai meninting, Afgan menerangkan kejadian itu pada malam Sabtu. Diduga diakibatkan besarnya ombak di laut yang membuat aliran sungai tertahan ombak. “Meluber sedikit ke pemukiman penduduk, naik sampai kamar tamu, penduduk menyelamatkan alat elektroniknya dan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan sekitar 20 warga di ungsikan kan malam itu, tapi paginya pulang lagi surut lagi,” jelasnya.
Kondisi cuaca ektrem ini diprediksi BMKG akan terjadi hingga akhir tahun 2022 ini. Pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada. Terutama warga dipinggiran sungai dan muara sungai meninting.
“Setiap malam dilakukan pemantauan perkembangan debit dan ketinggian air sungai dilakukan kepala dusun, Babinsa, Ketika ada gejala air sungai akan meluap kita sudah siapkan pengungsian di masjid,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk pemukiman di kawasan pinggir pantai seperti tanjung bias Desa Senteluk, diakuinya sudah mempersiapkan tempat pengungsian di rumah keluarganya. Namun, pihaknya tetap berkoordinasi dengan pihak desa yang wilayahnya masuk hulu sungai untuk mengetahui kondisi debit dan ketinggian air.
“Teman-teman yang ada di hulu terutama hulu sungai meninting maupun dusun yang memiliki aliran sungai, seperti pusuk, gunungsari. Kita selalu kontak kalau hulunya besar kami disini untuk waspada dan kami sampaikan langsung kepada seluruh kadus melalui grup WA untuk waspada terutama pinggiran sungai,” pungkasnya. (win)